Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bus Digetok Tarif Parkir Liar Rp 300.000 di Depan Masjid Istiqlal, padahal Hanya Turunkan Penumpang

Kompas.com - 25/06/2024, 15:33 WIB
Shela Octavia,
Fitria Chusna Farisa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua bus pariwisata dikenai tarif parkir tak wajar di depan Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (21/6/2024). 

Alif, tour leader dua bus pariwisata tersebut mengaku, pihaknya dimintai uang secara paksa oleh sejumlah preman di kawasan ini senilai Rp 300.000.

Padahal, saat itu bus hanya berniat menurunkan penumpang. Alif pun mengaku telah meminta izin ke petugas Dinas Perhubungan (Dishub) yang berjaga. 

“Pada saat tiba di Istiqlal, di situ sudah ada mobil Dishub kan. Saya turun dan (petugas) Dishub di dalam mobil. Saya izin, ‘Pak, izin berhenti sebentar, mau turunin penumpang'. Sudah diizinkan, 'Oke, silakan',” ujar Alif saat dihubungi melalui WhatsApp pada Selasa (25/6/2024).

Alif dan pihak travel sedianya telah mengetahui bahwa bus pariwisata tidak bisa parkir atau berhenti lama di sekitar Masjid Istiqlal. Oleh karenanya, bus berhenti sejenak di dekat pintu masuk utama Masjid Istiqlal yang lokasinya persis di seberang Gereja Katedral.

Baca juga: Kronologi Dua Bus Digetok Tarif Parkir Liar Rp 300.000 di Masjid Istiqlal

Ketika Alif meminta izin ke petugas Dishub, bus pariwisata yang ia bawa rupanya sudah dikerubung oleh enam sampai tujuh orang yang diduga preman. Para preman ini meminta uang Rp 300.000 untuk tarif parkir bus.

Pemilik travel bernama Kim yang mengawal perjalanan menolak membayar uang tersebut. Kim mengaku, sebelum tiba di Masjid Istiqlal, pihaknya sudah mengeluarkan uang Rp 300.000 untuk parkir dua unit bus di kawasan Monas.

Namun, preman yang menarik uang parkir liar di kawasan Masjid Istiqlal tak mau mengalah, kendati Kim telah menegaskan pihaknya hanya menurunkan penumpang. 

“Si preman ini bilang, 'Monas ya Monas, Istiqlal ya Istiqlal, beda lagi'. Padahal, kita (bus) mau drop off (menurunkan penumpang) aja, enggak butuh parkir,” jelas Alif.

Tak hanya ke pihak travel, para preman ini juga sempat meminta uang ke sopir bus. Akan tetapi, sopir bus menolak memberikan uang dan berdalih bahwa hal itu menjadi kewenangan panitia travel.

“Akhirnya, salah satu orang di sana (preman) bilang, ‘Ya sudah suruh maju saja, kacanya abisin’," imbuh Alif.

Cekcok tersebut akhirnya dilerai oleh petugas Dishub. Dua bus pariwisata itu pun diperbolehkan menurunkan penumpang, termasuk Alif dan Kim, di Masjid Istiqlal. 

Setelahnya, sopir membawa dua unit bus ke lokasi parkir di area Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. 

Namun, para preman yang semula hendak memalak Alif, Kim, dan rombongannya ternyata membuntuti bus sampai ke area parkir. Di area parkir, para preman tersebut memaksa sopir untuk memberikan uang.

Baca juga: Polisi Kantongi Identitas 3 Jukir Liar yang Getok Tarif Parkir Bus Rp 300.000 di Masjid Istiqlal

“(Preman) memaksa kalau enggak (diberi uang) unitnya nanti dirusak atau bahasanya gimana saya kurang paham, intinya ada ancaman ke driver,” ujar Alif lagi.

Tak bisa berbuat banyak, pengemudi bus pun memberikan uang senilai Rp 300.000, sesuai permintaan preman.

Alif mengaku sangat menyayangkan peristiwa ini. Meski demikian, pihaknya hingga saat ini belum membuat laporan ke kepolisian.

“Kita enggak lapor polisi juga karena kalau lapor polisi saat itu juga atau setelahnya, kami kan enggak punya waktu sebanyak itu,” lanjut dia.

Adapun Kompas.com telah mencoba menghubungi pihak Dishub Jakarta Pusat terkait ini. Namun, Dishub Jakarta Pusat belum memberikan keterangan maupun konfirmasi apa pun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Senin 1 Juli 2024, dan Besok : Tengah Malam lni Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Senin 1 Juli 2024, dan Besok : Tengah Malam lni Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Siasat Kakak Beradik Rekrut Selebgram untuk Promosikan Judi Online | 'Debt Collector' Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang

[POPULER JABODETABEK] Siasat Kakak Beradik Rekrut Selebgram untuk Promosikan Judi Online | "Debt Collector" Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang

Megapolitan
Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Megapolitan
Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Megapolitan
Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi 'Online'

Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi "Online"

Megapolitan
182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

Megapolitan
Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Megapolitan
Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Megapolitan
Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan 'Online'

Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan "Online"

Megapolitan
Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Megapolitan
'Debt Collector' Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan 'Maling'

"Debt Collector" Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan "Maling"

Megapolitan
Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Megapolitan
Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com