Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Rumah Subsidi Dinilai Hanya Pentingkan Sisi "Demand", Bukan Produksi atau Suplai

Kompas.com - 25/06/2024, 17:39 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli tata kota dan permukiman dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Jehansyah Siregar, menilai kebijakan rumah subsidi pemerintah Indonesia sejauh ini hanya mementingkan sisi permintaan atau demand.

Alhasil, tidak sedikit kepemilikan rumah subsidi tidak tepat sasaran yang seyogiannya diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

“Di sisi demand itu artinya mengutak-atik sistem kepemilikan, sistem pembiayaan kepemilikan. Tidak di sisi produksi atau suplai perumahan,” kata Jehansyah dalam Obrolan Newsroom Kompas.com, Senin (24/6/2024).

Dia berujar, Bank Tabungan Negara (BTN), Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), dinilai lepas tangan terhadap penerima rumah subsidi.

“Jadi, bagi BTN, bagi Kementerian Keuangan yang mengucurkan anggaran berpuluh-puluh triliun. Kalau kita hitung 10 tahun Pak Jokowi (Presiden RI Joko Widodo) dan Pak SBY (mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono), ratusan triliun ini anggaran KPR subsidi dihabiskan,” ujar Jehansyah.

Baca juga: Pengamat: Tidak Ada Lembaga yang Mengawasi Agar Kepemilikan Rumah Subsidi Tepat Sasaran

“Itu tidak ada dari sisi produksi, enggak penting itu bagi BTN, bagi Kemenkeu tidak penting. Dan anehnya bagi PUPR juga tidak penting siapa yang bangun. Mau developer mana pun. Pokoknya, kalau sudah BTN menginspeksi, ini layak, KPR cair,” lanjutnya.

Oleh karena itu, Jehansyah menyarankan pemerintah segera membenahi kebijakan rumah subsidi, mengingat kebijakan tabungan perumahan rakyat (Tapera) beberapa waktu lalu juga disorot masyarakat .

“Jadi, pertama itu, kebiajakan perumahan rakyat, kemarin kan juga bermuara dengan ditolaknya Tapera gara-gara pera-nya belum on the right track, belum ada program yang bagus di perumahan rakyat, sehingga tabungannya itu belum kelihatan,” ucap Jehansyah.

Baca juga: Rumah Subsidi Bakal Terhuni Kalau Ada Transportasi Publik

Sejauh ini, Jehansyah menilai belum ada satu pun program perumahan rakyat yang bagus dan dapat membangun kepercayaan kepercayaan rakyat.

Dengan begitu, program perumahan rakyat sebaiknya tidak lagi berkubu pada pembiayaan di sisi demand, melainkan sisi produksi atau suplai perumahan.

Di sisi lain, Jehansyah mengungkapkan, rumah subsidi pemerintah merupakan salah program yang paling konsisten sejak 1976.

“Kenapa? Bukan karena merumahkan rakyat, tapi karena diminati oleh sistem perbankan, diminati oleh bisnis properti. Perbankan dan properti inilah yang melobi kebijakan,” ucap dia.

“Jadi, kebijakan perumahan rakyat, khususnya untuk KPR subsidi ini, itu lebih dilatarbelakangi oleh kelompok kepentingan pembiayaan perumahan, bukan perumahan rakyat itu sendiri,” pungkas Jehansyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Senin 1 Juli 2024, dan Besok : Tengah Malam lni Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Senin 1 Juli 2024, dan Besok : Tengah Malam lni Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Siasat Kakak Beradik Rekrut Selebgram untuk Promosikan Judi Online | 'Debt Collector' Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang

[POPULER JABODETABEK] Siasat Kakak Beradik Rekrut Selebgram untuk Promosikan Judi Online | "Debt Collector" Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang

Megapolitan
Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Megapolitan
Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Megapolitan
Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi 'Online'

Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi "Online"

Megapolitan
182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

Megapolitan
Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Megapolitan
Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Megapolitan
Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan 'Online'

Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan "Online"

Megapolitan
Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Megapolitan
'Debt Collector' Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan 'Maling'

"Debt Collector" Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan "Maling"

Megapolitan
Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Megapolitan
Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com