MALUKU, KOMPAS.com - Pasangan suami-istri Laurensus (42) dan Norbertha Kanu (40) tinggal di rumah berukuran 5x5 meter yang berdinding dan beratap seng di Desa Lauran, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku.
Bekerja sebagai petani umbi-umbian, Laurensus dan Norbertha tidak memiliki cukup uang untuk membangun rumah yang lebih layak. Selama setahun, mereka bertahan di rumah seng.
Tidak ada fondasi yang kokoh di rumah seng Laurensus dan Norbertha. Semua berasal dari barang-barang bekas, termasuk lantainya yang menggunakan papan.
"Awalnya kita tinggal di rumah gubuk, atapnya seng, rumah tutupnya (dinding) seng, semua pada bekas. Jadi lantai pakai papan, lapuk-lapuk," kata Norbertha membuka cerita tentang rumah yang ditempatinya.
Dengan barang seadanya itu, rumah seng dapat dihuni pasangan ini. Namun, Laurensus dan Norbertha harus merasakan pahitnya tinggal di gubuk itu kala cuaca panas dan hujan mendera.
Saat hujan mengguyur, Norbertha harus cepat-cepat mengangkat kasur sebelum air menetes lewat sela-sela seng.
"Karena pakai seng jadi ada kebocoran, kalau hujan kami lipat kasur," tuturnya.
Saat musim kemarau, teriknya matahari menembus ke rumah seng mereka. Laurensus dan Norbertha memilih meneduh di bawah pohon yang tak jauh dari rumahnya.
"Tembok seng itu panas, tembus (panas), kami cari-cari yang dingin seperti ini (bawah pohon)," kata Norbertha dan Laurensus yang diwawancarai di bawah pohon kelapa.
Saat malam hari tiba, Laurensus dan istrinya menggunakan lampu penerangan dari senter karena rumah seng mereka tidak teraliri listrik.
Baca juga: Kemensos Bantu 240 Lansia Operasi Katarak Gratis di Kepulauan Tanimbar Maluku
"Rumah kami ada ruang tamu kecil, kamar disekat dapur. Dapur tidak ada seng, hanya ada kamar mandi, air tidak ada, jadi air minta tetangga dan lampu pakai senter," tutur Norbertha.
Sebelum tinggal di rumah seng, Laurensus dan Norbertha bertempat tinggal di kampung orangtua Laurensus. Karena ingin mandiri, keduanya memilih membangun rumah sendiri meski hanya berfondasi seng.
Pendapatan keduanya sebagai petani yang tidak seberapa, Laurensus dan Norbertha bersyukur mendapat bantuan Rumah Sejahtera Terpadu dari Kementrian Sosial (Kemensos).
Bantuan tersebut merupakan pembangunan rumah yang lebih layak, beratap asbes dan berdinding batu bata.
Saat ini, rumah Laurensus dan Norbertha masih tahap pembangunan oleh tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Baca juga: Bahagianya Klautidus Terima Kaki Palsu dari Kemensos, Kini Bisa Kembali Jadi Petani
Sembari menunggu rumah barunya selesai dibangun, Laurensus dan istrinya tinggal di gubuk yang tidak jauh dari rumahnya.
"Kami awalnya hidup tidak begini, kami sangat berterima kasih karena kami punya hidup ada perubahan," ucap Norbertha.
Selain mendapat bantuan pembangunan rumah, Laurensus dan istrinya juga mendapat modal ayam petelur sebanyak 12 ekor.
Menteri Sosial Risma juga memberikan bibit tanaman sebagai tambahan pemasukan bagi Laurensus dan istrinya yang hanya seorang petani umbi-umbian berpenghasilan tak tentu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.