Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heru Budi Berharap Tak Ada Pemalsuan Dokumen di PPDB 2024 Jakarta

Kompas.com - 05/07/2024, 18:19 WIB
Firda Janati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono berharap tidak ditemukan adanya pemalsuan dokumen penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2024 di Jakarta.

Hal itu diucapkan Heru ketika ditanya mengenai laporan Ombudsman RI yang menerima keluhan dari sejumlah orangtua berkait dugaan pemalsuan dokumen di PPDB, seperti Kartu Keluarga (KK).

"Itu kan dari KTP-nya ya, di Jakarta mudah-mudahan tidak ada," ujar Heru usai kunjungan sembako murah di Bintaro Permai, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Jumat (5/7/2024).

Baca juga: Penerima KJP yang Tersandung PPDB di Jakarta, Kini Bersekolah di Negeri Hanya Tinggal Angan

Eks Walikota Jakarta Utara itu menegaskan, akan dilakukan penindakan oleh pihak yang berwenang jika memang ditemukan adanya pemalsuan dokumen.

Heru memastikan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI akan memfasilitasi pendidikan seluruh anak-anak di Jakarta dengan baik dan sesuai prosedur.

"Kalau pemalsuan itu silakan ke ranah lain, tapi yang terpenting adalah Pemda DKI bisa memfasilitas semuanya," tutur Heru.

Sebelumnya Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Chatarina Muliana Girsang menjelaskan, masih banyak terjadinya pemalsuan data di Kartu Keluarga (KK) pada proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024.

Chatarina menuturkan, hal itu terjadi karena tidak ada proses validasi data dari pihak penyelenggara PPDB di daerah.

Baca juga: Pemprov DKI Didesak Sediakan Sekolah Bebas Biaya untuk Atasi Penerima KJP yang Gagal PPDB

"Ketika di-upload sekolah tidak melakukan klarifikasi dokumen. Oh sudah ada KK sudah selesai. Padahal di KK itu anaknya bisa 10, tahun lahirnya bisa kurang lebih sama," kata Chatarina di acara konferensi Pers terkait PPDB, Jumat (21/6/2024).

Menurut Chatarina, masalah pada PPDB bukan disebabkan oleh regulasi pemerintah pusat yang lemah.

Namun, yang selalu jadi permasalahan adalah implementasi di lapangan terkait peraturan yang sudah dibuat pemerintah pusat.

"Jadi sebenarnya masalahnya diimplementasi," ujar Chatarina.

Adapun, Kepala Keasistenan Utama VII Ombudsman, Diah Suryaningrum mengatakan, temuan yang paling banyak dilaporkan adalah terkait maladministrasi penyimpangan prosedur.

Disebutkan, ada beberapa oknum yang memalsukan KK dan memasukan banyak nama anak ke KK untuk bisa membuat anak tersebut bisa ikut PPDB.

"KK sebetulnya dia sah secara dokumen kependudukan itu sah harus Kartu Keluarganya," ujarnya.

"Tapi yang menjadi tidak lazim ketika ada 10 anak dengan usia yang beda hanya beberapa bulan dalam satu tahun ada di satu keluarga dan dengan status famili lain," jelas Diah.

Baca juga: Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teknisi Jaringan Internet Tewas Tersengat Listrik di Bekasi

Teknisi Jaringan Internet Tewas Tersengat Listrik di Bekasi

Megapolitan
Soal Penjarahan Rusunawa Marunda, Eks Pengelola: Kita Serahkan Semua ke Polisi

Soal Penjarahan Rusunawa Marunda, Eks Pengelola: Kita Serahkan Semua ke Polisi

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Perampok yang Rampas Ponsel Wanita Saat Makan di Warteg Grogol

Polisi Kantongi Identitas Perampok yang Rampas Ponsel Wanita Saat Makan di Warteg Grogol

Megapolitan
Pemkot Bogor Berencana Anggarkan Rp 3 Miliar untuk Revitalisasi Terminal Bubulak

Pemkot Bogor Berencana Anggarkan Rp 3 Miliar untuk Revitalisasi Terminal Bubulak

Megapolitan
Detik-detik Warkop di Jelambar Ditabrak Mobil Saat Pegawai sedang Cuci Piring

Detik-detik Warkop di Jelambar Ditabrak Mobil Saat Pegawai sedang Cuci Piring

Megapolitan
Antisipasi Polisi Pungli, Kompolnas Sarankan Polisi Tambah Kamera 'Dashboard' Anggota di Lapangan

Antisipasi Polisi Pungli, Kompolnas Sarankan Polisi Tambah Kamera "Dashboard" Anggota di Lapangan

Megapolitan
Karyawan Toko Ponsel di PGC Pakai Data 26 Pelamar Kerja untuk Pinjol

Karyawan Toko Ponsel di PGC Pakai Data 26 Pelamar Kerja untuk Pinjol

Megapolitan
Pengemudi Tanggung Jawab, Kasus Mobil Tabrak 4 Orang di Depan Warkop Jelambar Berakhir Damai

Pengemudi Tanggung Jawab, Kasus Mobil Tabrak 4 Orang di Depan Warkop Jelambar Berakhir Damai

Megapolitan
Singgung Ciputat dan Bintaro, Marshel Widianto: Tangsel Itu Jomplang Banget

Singgung Ciputat dan Bintaro, Marshel Widianto: Tangsel Itu Jomplang Banget

Megapolitan
Kehadirannya pada Pilkada Tangsel Dinilai Muluskan Kemenangan Petahana, Marshel: Ya Itu Opini

Kehadirannya pada Pilkada Tangsel Dinilai Muluskan Kemenangan Petahana, Marshel: Ya Itu Opini

Megapolitan
Revitalisasi Terminal Bubulak Bogor Dimulai Tahun 2025, Pemkot Anggarkan Rp 3 Miliar

Revitalisasi Terminal Bubulak Bogor Dimulai Tahun 2025, Pemkot Anggarkan Rp 3 Miliar

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Verifikasi Kembali Perbaikan Syarat Paslon Independen Dharma-Kun

KPU DKI Jakarta Verifikasi Kembali Perbaikan Syarat Paslon Independen Dharma-Kun

Megapolitan
Massa Aksi Tolak UU Cipta Kerja Bubar, Jalan Medan Merdeka Barat Sudah Bisa Dilewati

Massa Aksi Tolak UU Cipta Kerja Bubar, Jalan Medan Merdeka Barat Sudah Bisa Dilewati

Megapolitan
Caleg Gagal PPP Bantah Pakai Narkoba karena Kalah pada Pileg 2024

Caleg Gagal PPP Bantah Pakai Narkoba karena Kalah pada Pileg 2024

Megapolitan
Cerita Pedagang Starling di Jakarta, Cari Nafkah Jauh dari Rumah demi Anak Istri di Kampung

Cerita Pedagang Starling di Jakarta, Cari Nafkah Jauh dari Rumah demi Anak Istri di Kampung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com