Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Mau Miskin, Korban Kebakaran Kelapa Gading Inginkan Ganti Rugi

Kompas.com - 23/10/2013, 17:04 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian warga korban kebakaran di Kampung Pulogandang, Kelapa Gading, Jakarta Utara, merasa kecewa kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Mereka berharap mendapat uang ganti rugi yang layak sehingga tidak menjadi warga miskin.

Warga di sana merasa resah karena tidak ada kejelasan status bagi warga yang sebelumnya tinggal di atas lahan untuk ruang terbuka hijau (RTH) tersebut. Mereka kesal karena warga tidak diperbolehkan membangun kembali di atas lahan tersebut.

Seorang warga bernama Dudung (47) mengatakan, warga berharap pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan uang ganti rugi atas lahan yang ditinggali oleh warga. Mereka tidak menginginkan uang kerahiman seperti selama ini diberikan kepada warga yang direlokasi oleh Jokowi.

"Dari dulu kalau pembebasan tanah itu dikasih ganti untung, bukan kerahiman. Kalau begitu (diberi uang kerahiman), ya, rakyat tetap saja miskin," ujar Dudung kepada Kompas.com, Rabu (23/10/2013).

Dudung mengatakan, dengan pembebasan lahan, maka uang yang diberikan kepada warga semestinya dihitung berdasarkan luas tanah dan jenis bangunannya. Ia menolak pemberian uang kerahiman seperti dilakukan Jokowi kepada warga di sekitar Waduk Ria Rio, Pulogadung, Jakarta Timur.

"Soalnya Pak Jokowi tuh di Ria Rio saja dikasih cuma berapa. Kalau penghasilan tetap enggak apa-apa, kalau enggak? Kita kan maunya pergi dari sini lebih layak bukan malah tambah belangsak," kata Dudung.

Menurut Dudung, kebijakan Jokowi itu tidak bisa diterapkan pada rakyat kecil karena hanya membuat rakyat menjadi sengsara rakyat.

Hal senada juga diungkapkan Ning (46). Beberapa tahun lalu, Ning menjadi korban penggusuran di lahan yang sekarang menjadi sebuah mal di Kelapa Gading. Saat itu, ia mendapatkan uang ganti rugi yang cukup untuk menjalani hidup selanjutnya. Berdasarkan pengalamannya itu, ia berharap Jokowi memberikan uang ganti rugi yang layak. Menurut dia, penggusuran warga semestinya menjadikan hidup warga menjadi lebih baik.

Ning mengatakan, bila ia mendapatkan ganti rugi yang cukup, maka ia ingin pulang kampung ke Temanggung, Jawa Tengah. "Saya mau pulang kampung, makanya sekarang saya tidak ke mana-mana dulu. Mau nunggu penggusuran dan adanya penggantian untung sesuai aturan penggusuran," ujarnya.

Setelah musibah kebakaran yang terjadi pada awal bulan ini, warga yang menghuni lahan milik PT Bumi Boga Persada tersebut diminta untuk tidak membangun rumah di lahan tersebut. Namun, saat ini warga tetap mendirikan bangunan di lokasi bekas kebakaran itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com