Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batas Akhir Waktu Penampungan Resahkan Pedagang Pasar Kalibaru

Kompas.com - 15/11/2013, 23:16 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sehubungan dengan batas akhir yang diberikan oleh Manager Area Utara 2 PD Pasar Jaya, ratusan pedagang Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pasar Kalibaru mengaku resah karena sudah harus pindah, sementara pasar yang sudah direhab total sejak Oktober 2012 lalu itu belum selesai dibangun.

Dalam surat perintah yang dikeluarkan pada Selasa (29/10/2013), para pedagang diberi batas terakhir hingga 15 September ini untuk mengosongkan lapaknya. Aliran listrik kemudian akan diputus pada Sabtu (16/11/2013).

Salah seorang pedagang pakaian, Prita (54), mengaku belum mau membeli kios dan pindah ke dalam karena pengerjaan kios belum selesai. Dia dan ratusan pedagang lain pun menjadi resah dengan batas akhir yang diberikan pengelola area 2 Jakarta Utara PD Pasar Jaya.

"Di dalam itu harga kiosnya mahal. Sudah begitu, pasarnya saja masih dipagari seng, bagaimana pembeli mau masuk. Saya khawatir kalau berdagang di dalam nanti tidak laku," ujarnya ketika ditemui di Pasar Kalibaru, Jumat (15/11/2013).

Prita mengaku pasrah dan tetap akan berdagang seperti biasa. "Daripada saya merugi, lebih baik saya nekat saja berjualan di sini walaupun nanti tidak ada listrik," tekannya.

Salah seorang pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Kalibaru, Yus (44), mengaku resah akibat belum ada kejelasan nasib relokasi untuk para PKL.

Menurut pria yang sudah 20 tahunan menjual buah di Pasar Kalibaru, terdapat lebih kurang 64 PKL di sekitaran pasar. "Kalau kita disuruh beli kios, kita jelas-jelas tidak sanggup. Harapan kita, untuk para PKL juga diberikan tempat di dalam pasar nantinya," ujarnya.

Sementara itu, salah seorang pedagang yang sudah pindah ke dalam pasar, Suwandi (53), mengaku sudah menempati areanya sejak Kamis (14/11/2013) di Blok A los 22 dan 23.

Pedagang pakaian yang sudah berjualan sejak 20 tahunan lalu itu mengaku tidak ingin repot sehingga pindah lebih dahulu. "Saya DP satu kios Rp 15 juta, kekurangannya saya cicil selama 5 tahun. Sementara baru saya sama satu toko emas yang sudah pindah ke dalam," ungkapnya.

Saat dikonfirmasi, Manager Area 2 Jakarta Utara PD Pasar Jaya Matdoan Syamsudin membenarkan bahwa pihaknya telah memberi batas waktu kepada para pedagang. Namun, waktu yang diberikan tersebut bukanlah harga mati.

"Kita tentu juga melihat kondisi di lapangan, pengerjaannya sampai di mana. Tapi paling tidak, batasan waktu tersebut merupakan acuan kepada para pedagang agar mereka mempersiapkan diri," paparnya.

Dari data yang dimiliki pihaknya, lebih dari 200 pedagang saat ini tertampung di Jalan Cilincing Baru. Dari jumlah tersebut, 200 di antaranya sudah mengambil kunci di pasar dengan kios sebanyak 253 unit dan 41 los.

Terhadap harapan para PKL, Matdoan mengatakan bahwa pihaknya pun harus mengikuti aturan yang sudah digariskan. Untuk harga yang dipatok, kios dan los terbagi dalam 3 zona. "Zona depan pasar itu Rp 18 juta per meter. Untuk yang di tengah Rp 14 juta per meter, sedangkan untuk yang di belakang Rp 10 juta per meter," ujarnya.

Walau demikian, pihaknya tetap akan berupaya mengakomodasi para PKL tersebut dengan memprioritaskan para pedagang yang membeli kios dahulu karena sesuai dengan aturan. Setelah itu, hal tersebut nanti akan dikomunikasikan dengan para PKL.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com