Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Jakarta Baru Dipelihara Saat Sudah Rusak

Kompas.com - 28/01/2014, 14:42 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar konstruksi jalan Universitas Indonesia (UI), Heddy R Agah, mengungkapkan, sedianya jalan di Jakarta memiliki usia ketahanan 10-15 tahun. Usia selama itu dapat dipertahankan apabila Pemprov DKI Jakarta, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, memelihara jalan secara rutin.

"Sayangnya, pemeliharaan jalan di Jakarta baru dilakukan kalau sudah benar-benar rusak," kata Heddy, kepada wartawan, Jakarta, Selasa (28/1/2014).

Perawatan dan pemeliharaan itu dapat membuat usia jalan bertambah beberapa tahun. Banyaknya jalan berlubang dan rusak di hampir seluruh ruas Ibu Kota disebabkan banjir yang merendam selama kurang lebih dua minggu.

Heddy menjelaskan, cepatnya jalan di Jakarta mengalami kerusakan pascabanjir disebabkan ada spesifikasi bahan dasar dan teknis kerja yang belum terpenuhi dengan baik, seperti pemilihan campuran bahan dasar, pemadatan, dan penyediaan rongga di dalam lapisan jalan.

Untuk ruas jalan, harus dipastikan kepadatannya benar-benar mantap sehingga ketika kendaraan bermotor melintasi ruas jalan secara terus-menerus, jalan tidak mudah terkelupas.

Agar usia jalan tahan lama, lebih baik Pemprov DKI Jakarta membeton jalan kemudian dilapisi kembali dengan menggunakan aspal dan hotmix. Di dalam konstruksi bahan hotmix dan aspal, kata dia, juga perlu dibuat semacam rongga sekitar 3 persen.

Tujuannya, ketika musim panas, campuran batu kerikil dan hotmix memuai dan mengalami kepadatan. Bila rongga tidak dibuat, itu akan menyebabkan gelombang kecil di permukaan jalan. Hal tersebut yang mempermudah pengikisan permukaan jalan.

"Jalan mudah rusak kalau terendam air lebih dari 4 jam walaupun tingginya cuma 5 cm. Kalau terendam cukup lama akan mempercepat usia jalan," kata Heddy.

Selama ini, ketinggian genangan air di Jakarta mencapai 50 cm. Apabila genangan setinggi itu, air akan mudah meresap ke dalam konstruksi jalan dan membuat usia jalan tidak tahan lama.

Maka dari itu, Heddy menjelaskan, penyebab rendahnya kualitas jalan Jakarta dibandingkan negara lain ialah jalan di Jakarta tidak menggunakan spesifikasi konstruksi yang memadai dan cara pengonstruksian yang kurang sempurna.

"Tidak bisa digeneralisasi penyebab jalan rusak ini. Perlu dilihat satu per satu ruas jalannya," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com