Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Hitungan "Bodoh", Jokowi Anggap Metro Kapsul Lebih Unggul

Kompas.com - 03/04/2014, 08:06 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mempelajari moda transportasi baru buatan anak negeri bernama metro kapsul. Menurut Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, melalui kalkulasi sederhana saja, moda transportasi itu memiliki banyak keunggulan daripada yang kini tengah dalam tahap pembangunan, monorel serta mass rapid transit (MRT).

Kepala sang Gubernur tidak berhenti mengangguk saat melihat langsung pabrik metro kapsul di Jalan Cagak, Desa Bunihayu, Subang, Jawa Barat, empat jam perjalanan dari Ibu Kota, Rabu (2/4/2014) kemarin. Jajaran direksi konsorsium yang terdiri dari empat perusahaan menjelaskan satu per satu visi mereka sekaligus memaparkan sejumlah keunggulan metro kapsul.

"MRT satu kilometer habis Rp 900 miliar, monorel Rp 400 miliar, ini cuma Rp 114 miliar per kilometer. Ini kan, kalau hitung-hitungan 'bodoh' saya, jauh lebih baik," ujarnya di sela kunjungan.

Faktor lainnya yang menarik hati Jokowi hingga rela menempuh berjam-jam perjalanan dengan kondisi jalan rusak ialah karena produk tersebut asli buatan Indonesia, mulai dari siapa perencananya, perakitan, hingga bahan baku, semuanya berasal dari dalam negeri. Sudah saatnya, lanjut Jokowi, menunjukkan bahwa Indonesia mampu.

"Saya kira produk kita sendiri ini sangat meyakinkan sekali. Tapi, ini datang ke sini mau lihat lebih jelas, bisa jalan ndak," ujarnya.

Bahkan, pria yang juga merupakan bakal calon presiden dari PDI Perjuangan tersebut mengatakan bahwa bukan tidak mungkin metro kapsul menjadi moda transportasi andalan kota-kota besar di penjuru Indonesia, mengingat banyak sekali keunggulan. Hanya, Jokowi mengakui, perlu keberanian politik dari para pemimpin daerah untuk mencoba teknologi baru yang inovatif.

Kini, pihaknya tengah mengalkulasi, bagaimana skema bisnis dari beroperasinya metro kapsul tersebut. Jokowi berharap proses tersebut tak memakan waktu lama karena DKI membutuhkan moda transportasi secepatnya untuk mengurai kemacetan.

Apa sih metro kapsul itu?

Metro kapsul merupakan moda transportasi yang dikembangkan oleh konsorsium empat perusahaan, yakni PT Surya Gemilang sebagai pembuat sasis, PT Karsa Kerja Mekanotama sebagai pembuat bodi, PT Treka sebagai perekayasa mesin, serta PP Precast sebagai pembuat fondasi jalur. Delapan tahun sudah para ahli yang semuanya jebolan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut melakukan riset, pengembangan, hingga melakukan uji coba.

Sekilas, metro kapsul mirip sky train milik Singapura. Namun, metro kapsul tidak berbasis rel, tetapi menggunakan ban dengan jalurnya, yakni jalanan beton, berada empat hingga lima meter dari tanah.

Abdul Haris Tatang, Dirut PP Precast, salah satu perusahaan yang tergabung dalam konsorsium, mengungkapkan, dari segi biaya pembangunan, metro kapsul jauh lebih murah daripada monorel dan MRT. Jika satu kilometer monorel menelan dana sebesar Rp 400 miliar dan MRT sebesar Rp 900 miliar, metro kapsul hanya menelan anggaran sebesar Rp 114 miliar. Bahkan, untuk 30 kilometer jalurnya, butuh anggaran Rp 3 triliun saja.

Dari segi waktu pembangunan, metro kapsul juga diklaim jauh lebih efisien. Sebab, fondasi jalur menggunakan sistem knock down atau tinggal ditancapkan saja di tanah yang tentunya telah diuji terlebih dahulu. Menurut Tatang, pengerjaan satu tiang saja tak sampai memakan waktu 24 jam.

"Kerja dari jam 22.00 WIB malam, jam 05.00 WIB pagi itu sudah siap. Sistemnya precast. Jadi, kita sudah siapkan tiangnya dari pabrik, tinggal ditancapkan sesuai keadaan tanah," ujarnya.

"Pokoknya malamnya warga tidur, pagi-paginya warga bangun, sudah tertancap tiang metro kapsul. Tinggal nanti hari kelimanya kita pasangkan box girder (jalur metro kapsul)," ujar Tatang.

Pembangunan tiang fondasi itu, lanjut Tatang, tidak memakan ongkos sosial yang besar karena diameter fondasi tidak lebih dari dua meter, titik pembangunan lebih fleksibel, bisa di tepi trotoar, menggunakan ruang terbuka hijau di tengah jalan, atau tak membutuhkan pembebasan lahan dari masyarakat Ibu Kota. Meski ramping, fondasi itu diklaim juga tahan dari kondisi gempa.

Dari segi keterangkutan, metro kapsul juga diklaim bisa lebih banyak mengangkut penumpang daripada monorel. Jika monorel diklaim mampu mengangkut sebanyak 16.000 penumpang per jam, metro kapsul diklaim dapat mengangkut mencapai 19.000 penumpang per jamnya. Dalam satu keberangkatan, metro kapsul berjalan beriringan 10 kapsul sekaligus. Satu kapsul berkapasitas 50 penumpang. Rencananya, waktu tempuh antara kelompok kapsul dengan kelompok kapsul lain bisa 10 menit.

Desain metro kapsul juga lebih futuristik. Bahan bakar metro kapsul adalah listrik. Untuk satu kapsul saja, hanya dibutuhkan tegangan listrik sebesar 18 kw. Jika PLN tidak mampu menyediakan listrik itu atau jika dalam kondisi bermasalah, kapsul itu memiliki baterai yang tahan hingga lima jam operasional. Dengan tenaga demikian, metro kapsul mampu melaju hingga kecepatan maksimum 80 kilometer per jam.

"Sebenarnya, kami sudah menawarkan teknologi ini ke Bandung, Surabaya, tapi yang merespons Pak Jokowi duluan. Kami hanya ingin membantu berkontribusi untuk bangsa ini melalui karya kami sendiri," ujar Tatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Tewas, Giri Masih Sempat Ucapkan Syahadat Saat Dievakuasi dari Bawah Tembok Roboh

Sebelum Tewas, Giri Masih Sempat Ucapkan Syahadat Saat Dievakuasi dari Bawah Tembok Roboh

Megapolitan
Tewas Tertimpa Tembok Roboh di Kramatjati, Giri Dikenal sebagai Orang Baik dan Jujur

Tewas Tertimpa Tembok Roboh di Kramatjati, Giri Dikenal sebagai Orang Baik dan Jujur

Megapolitan
Sedang Renovasi, Tembok Rumah Warga di Kramatjati Roboh dan Timpa Dua Pekerja

Sedang Renovasi, Tembok Rumah Warga di Kramatjati Roboh dan Timpa Dua Pekerja

Megapolitan
Bule AS Kagum dengan Budaya Memberikan Kursi untuk Wanita di KRL: Ini Luar Biasa!

Bule AS Kagum dengan Budaya Memberikan Kursi untuk Wanita di KRL: Ini Luar Biasa!

Megapolitan
Tak Lagi di Dukuh Atas, Remaja 'Citayam Fashion Week' Pindah ke Kota Tua

Tak Lagi di Dukuh Atas, Remaja "Citayam Fashion Week" Pindah ke Kota Tua

Megapolitan
Aktor Rio Reifan Ditangkap Lagi, Polisi Amankan Sabu, Ekstasi, dan Obat Keras

Aktor Rio Reifan Ditangkap Lagi, Polisi Amankan Sabu, Ekstasi, dan Obat Keras

Megapolitan
Marak Penjambretan di Sekitar JIS, Polisi Imbau Warga Tak Pakai Perhiasan Saat Bepergian

Marak Penjambretan di Sekitar JIS, Polisi Imbau Warga Tak Pakai Perhiasan Saat Bepergian

Megapolitan
Sudah 5 Kali Ditangkap Polisi, Rio Reifan Belum Lepas dari Jerat Narkoba

Sudah 5 Kali Ditangkap Polisi, Rio Reifan Belum Lepas dari Jerat Narkoba

Megapolitan
Marak Kasus Pemalakan Sopir Truk, Polisi Rutin Patroli

Marak Kasus Pemalakan Sopir Truk, Polisi Rutin Patroli

Megapolitan
Sopir Truk Dipalak Rp 200.000 di Kapuk Muara, Pelaku Masih Diburu Polisi

Sopir Truk Dipalak Rp 200.000 di Kapuk Muara, Pelaku Masih Diburu Polisi

Megapolitan
Pesinetron 'Tukang Bubur Naik Haji' Rio Reifan Positif Sabu

Pesinetron "Tukang Bubur Naik Haji" Rio Reifan Positif Sabu

Megapolitan
Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya, Lagi-lagi Kasus Narkoba

Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya, Lagi-lagi Kasus Narkoba

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri, Sudah Tak di Manado Sejak 10 Maret karena Izin Kunjungi Kerabat

Brigadir RAT Bunuh Diri, Sudah Tak di Manado Sejak 10 Maret karena Izin Kunjungi Kerabat

Megapolitan
Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Megapolitan
Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com