Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pak, Utang Saya Sudah Banyak Banget... "

Kompas.com - 17/04/2014, 00:22 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Sandoyo (43), petugas kebersihan Suku Dinas Jakarta Timur, Rabu (16/4/2014), tersenyum malu saat hendak memperlihatkan pesan singkat terakhir dari istrinya. Pesan itu belum dia jawab.

"Utang sy sdh byk bget. Njenengan ga bisa usaha apa ya. Buat jajan si Akmal gitu loh," bunyi pesan itu. Tersamar khas pesan para istri yang meminta kiriman uang, tentang mendesaknya kebutuhan dengan istilah "jajan" untuk anak mereka.

Istri Sandoyo tidak tinggal di Jakarta. Peni (40), istrinya itu, tinggal di Tegal, Jawa Tengah, bersama anak semata wayang mereka, Akmal (10). Istri Sandoyo bekerja sebagai guru TK.

Empat bulan ini, Sandoyo tak menerima gaji. Janji kenaikan gaji petugas kebersihan menjadi Rp 2,4 juta justru berbalik menjadi gaji yang tak kunjung terbayarkan. Kiriman uang ke desa pun macet.

Belum lagi, Sandoyo juga harus membayar sewa kontrakan Rp 200.000 di Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur. Sekarang, dia hanya mengandalkan hidupnya pada uang tabungan. "Uang tabungan saya paling tinggal setengah bulan lagi habis," ujar dia saat ditemui di sekitar Tamini Square, Makasar, Jakarta Timur. 

Kebutuhan Peni dan Akmal di desa, aku Sandoyo, bergantung pada penghasilan Rp 1,5 juta Peni sebagai guru TK. Dia pun mengaku beruntung istrinya tak berprasangka buruk soal macetnya kiriman uang.

"Dia sudah tahu dan percaya kok karakter saya, (gaji saya) enggak bakalan buat yang laen-laen," ujar Sandoyo. Hanya, sekarang Sandoyo tak sanggup memberi jawaban bahkan untuk SMS terakhir Peni itu.

Biasanya, Sandoyo masih memberikan jawaban, memberi penjelasan mengapa tak ada kiriman uang. "Enggak saya jawab, cuma nanti kalau sudah keluar gaji pasti saya kirimin," ujar dia pelan.

Sebelum menjadi petugas Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur, Sandoyo sudah menjadi petugas kebersihan di wilayah yang sama, tetapi berstatus pegawai swasta. Selama 18 tahun bekerja di perusahaan itu, terakhir kali dia mendapat bayaran Rp 900.000 per bulan.

Dari pendapatannya itu, Sandoyo mengirimkan Rp 600.000 untuk istrinya dan memakai Rp 300.000 untuk memenuhi kebutuhannya di Jakarta. Tabungan menyelamatkan Sandoyo dari utang. "Enggak ada yang nunggak. Paling cuma istri bingung (uang) buat jajan anak," ujarnya.

Namun, Sandoyo berharap segera ada kejelasan soal bayaran yang tak terbayar empat bulan ini. "Harapan saya (gaji) bisa dibayar buat kebutuhan hidup," ujar dia lugas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com