Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPAI Minta Hak Sekolah Terdakwa Kasus SMAN 3 Jakarta Dijamin

Kompas.com - 03/09/2014, 18:11 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -  Komisi Perlindungan Anak Indonesia meminta Dinas Pendidikan menjamin bahwa lima terdakwa kasus kekerasan yang menewaskan Afriand Caesar (16), siswa SMAN 3 Jakarta, dapat kembali belajar. Hal ini dapat dilakukan setelah kelimanya selesai menjalani proses hukum.

"Mereka kan sekarang kelas tiga, walau masih harus menjalani proses hukum tapi mereka harus dipastikan untuk bisa kembali sekolah dan ikut ujian nasional," ujar Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan Susanto di SMAN 3 Jakarta, Rabu (3/9/2014).

Hal ini merupakan salah satu dari tiga butir kesepakatan yang dihasilkan pada pertemuan antara KPAI dengan SMAN 3 Jakarta dan orangtua murid.

Kelima terdakwa terdakwa tersebut adalah DW, TM, AM, KR, dan PU. Kelima siswa SMA 3 Jakarta ini dijatuhi hukuman 1 tahun 6 bulan dan masa percobaan selama 2 tahun. Artinya, jika selama 2 tahun para terdakwa kembali mengulang tindak kekerasan lagi, mereka harus mendekam di penjara selama 1,5 tahun ditambah masa hukuman dari kejahatan terakhir.

Saat ini, kejaksaan kembali menahan para terdakwa tersebut. Pasalnya, keluarga Afriand mengajukan banding sehingga proses hukum ini berlanjut ke pengadilan yang lebih tinggi, yakni Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.

Kesepakatan kedua, KPAI meminta SMAN 3 Jakarta memastikan seluruh kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler di lingkungan sekolah bebas dari aksi kekerasan, termasuk kegiatan pecinta alam Subhawana.

Kesepakatan ketiga, KPAI meminta SMAN 3 Jakarta melakukan upaya preventif agar kasus-kasus kekerasan tidak terulang. Sekolah diminta tidak abai, serta mampu menghapus tradisi kekerasan di lingkungannya.

Afriand meregang nyawa ketika mengikuti kegiatan orientasi pecinta alam di Gunung Tangkubanparahu. Ia diduga meninggal lantaran dipukuli dan ditendang. Arfiand meninggal saat dirawat di RS MMC Kuningan pada 20 Juni 2014.

Kasus kematian Afriand menambah panjang daftar tindak kekerasan yang terjadi di sekolah. Pada April lalu, misalnya, seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) di Cilincing, Jakarta Utara, Dimas Dikita Handoko (20), tewas akibat dianiaya senior-seniornya.

Sementara itu, enam taruna lainnya mengalami luka-luka. Polres Jakarta Utara menetapkan tujuh taruna senior sebagai tersangka dalam kasus kekerasan ini.

Kemudian, pada Mei, Renggo Khadafi (11), siswa kelas V SD Negeri 09 Makasar, Jakarta Timur, tewas di tangan rekan-rekannya. Ia dianiaya karena tidak sengaja menumpahkan gelas minuman es seharga Rp 1.000. Sy atau SH (12), pelaku penganiayaan Renggo, sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Megapolitan
Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Megapolitan
Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Megapolitan
Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Megapolitan
Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com