Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiara Bakal Gelar Aksi Damai Tolak "Giant Sea Wall"

Kompas.com - 14/10/2014, 23:13 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com  Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) bakal menggelar aksi damai untuk menolak pembangunan giant sea wall (tanggul laut Jakarta). Pembangunan tanggul ini dituding sebagai bentuk pemborosan anggaran saja.

"Diperkirakan proyek giant sea wall akan menelan biaya tinggi, yaitu mencapai Rp 600 triliun," kata Sekretaris Jenderal Kiara Abdul Halim di Jakarta, Selasa (14/10/2014). Adapun pemeliharaannya, lanjut dia, butuh dana sekitar Rp 1 triliun per tahun.

Halim berpendapat, proyek tanggul laut Jakarta menuai keragu-raguan yang kuat dari banyak pihak, baik dari akademisi maupun masyarakat sipil. Di sisi lain, imbuh dia, proyek tersebut juga rawan menggusur 16.855 nelayan Jakarta sekaligus tidak menjawab permasalahan banjir di Ibu Kota.

Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyatakan, pemerintah membangun tanggul laut Jakarta sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan banjir seperti naiknya air rob yang kerap naik dan merendam permukiman di sebagian wilayah Ibu Kota selama bertahun-tahun.

"Tujuan utama pemerintah membangun giant sea wall (tanggul laut raksasa) merupakan salah satu upaya penanganan banjir, karena sebagian wilayah DKI Jakarta berada di bawah permukaan laut yang bisa membuat banjir besar," kata Djoko.

Menurut Djoko, turunnya permukaan tanah tersebut karena pengambilan air tanah yang berlebihan. Saat ini, lanjutnya, 40 persen permukaan tanah di wilayah Jakarta rata-rata ada di bawah air laut.

Selain itu, lanjut Djoko, tanggul raksasa pada masa mendatang juga dinilai dapat menampung air dengan jumlah yang cukup banyak untuk sumber air bersih. Pada saat ini, ujar dia, pihaknya sedang merancang tanggul yang besar yang di dalamnya terdapat reklamasi dan juga perkampungan yang bagus.

Menteri Pekerjaan Umum juga berpendapat, nilai investasi dalam proyek tersebut cukup baik dan dinilai sangat menguntungkan. "Seorang investor yang menggarap proyek ini bisa masuk ke bisnis penyediaan air bersih," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com