Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawal Sistem Daring demi Transparansi

Kompas.com - 07/11/2014, 21:28 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad mengapresiasi sistem dalam jaringan (online) yang diterapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belakangan ini dalam pengelolaan keuangan daerah. Sistem tersebut perlu terus dikawal sebagai wujud komitmen transparansi dalam tata kelola pemerintahan.

Hal itu dikemukakan Samad ketika berbicara dalam Semiloka Supervisi Pencegahan Korupsi di Balai Kota, Jakarta, Kamis (6/11). Pada kesempatan tersebut juga tampil berbicara Pelaksana Tugas Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama yang sama-sama menekankan pentingnya transparansi, termasuk dalam penerimaan pajak.

Meski mengapresiasi terobosan di DKI, Samad pada sisi lain juga tak luput membeberkan sejumlah masalah dalam bidang pendapatan di provinsi ini. Sebagai contoh, data penerimaan pajak belum terintegrasi antarinstansi Dinas Pelayanan Pajak, Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD), dan Bank DKI.

Samad juga mengingatkan, belum pernah dilakukan pelelangan sarana dan prasarana reklame milik pemda sehingga terdapat potensi sewa lahan yang tidak diperoleh. Untuk itu, perlu dilakukan harmonisasi aturan penyelenggaraan reklame.

Terkait dengan sistem daring, paparan Tim Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Korupsi Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan sejumlah permasalahan.

Di antaranya, pelaksanaan sistem tersebut belum didukung desain besar pajak sistem daring. Sanksi atas wajib pajak yang belum melaksanakan secara daring juga belum diatur.

Pengamatan APBD

Menyinggung soal anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), Samad menyoroti komposisi anggaran belanja modal yang kurang dari 30 persen, serta realisasi yang kurang dari 80 persen rata-rata kurun lima tahun terakhir. ”Akibatnya, masyarakat kurang dapat menikmati pelayanan/fasilitas publik yang seharusnya mereka terima dari pemerintah daerah,” ujar Samad.

Pada intinya, menurut Samad, arah pengelolaan anggaran idealnya memenuhi aspek administratif, yakni efisien dan efektif; politisi-demokratis (melibatkan warga); ekonomi (menyejahterakan rakyat); dan sosial (menciptakan rasa aman bagi warga).

Dalam kaitan itu, Plt Gubernur Basuki menegaskan ancaman sanksi pencopotan terhadap aparatnya yang terbukti tidak jujur dalam mengelola anggaran. (NAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com