Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Jelaskan Penyebab DKI Berkinerja Buruk pada Tahun 2014

Kompas.com - 06/01/2015, 11:46 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama mengakui, kinerja Pemprov DKI dalam tahun anggaran 2014 tak sesuai harapan. Menurut dia, masih banyak modus kecurangan yang terjadi dalam pelaksanaan program unggulan tahun lalu.

Basuki berdalih hal itu disebabkan tidak terlaksananya sistem e-budgeting dengan optimal. "Pemborosan juga masih banyak. Sewa mobil anggarannya sampai Rp 461 miliar setahunnya dan pembelian komputer sampai Rp 162 miliar, aneh-aneh saja," kata Basuki, di Jakarta, Senin (5/1/2015).

Buruknya kinerja Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI 2014 juga terlihat dari target pendapatan daerah dan serapan anggaran yang tidak tercapai sama sekali. Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI mencatat DKI baru menyerap anggaran sebesar Rp 43,4 triliun dari total anggaran Rp 72 triliun.

Basuki tak mempermasalahkan rendahnya anggaran yang terserap itu. Ia berdalih, lebih baik melakukan penghematan daripada anggaran terpakai untuk hal-hal yang tidak diperlukan.

"Serapan buruk karena ada penghematan. Dinas Pendidikan juga sudah dipangkas sampai Rp 3 triliun. Dinas Pajak harusnya lebih mengawasi pajak warga yang punya mobil atau motor lebih dari satu, banyak warga yang punya rumah mewah juga ngemplang pajak," kata Basuki.

Kendati demikian, ia optimistis tahun anggaran 2015, program akan berjalan lebih optimal, meski hingga saat ini pembahasan Rancangan APBD 2015 masih belum disahkan oleh DPRD DKI.

Adapun sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) 2014 diperkirakan mencapai Rp 8 triliun. Rencananya, anggaran sisa itu akan dipergunakan untuk membangun jalan layang transjakarta, pembangunan simpang kereta api, dan lainnya.

Sementara itu, Kepala BPKD DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, beberapa target penerimaan daerah yang tidak tercapai contohnya ialah dari pajak kendaraan bermotor, yang semula menargetkan Rp 51 triliun hanya terealisasi Rp 49 triliun.

Kemudian, pajak hotel dari target Rp 1,4 triliun terealisasi Rp 1,3 triliun atau sekitar 96 persen. Selanjutnya, pajak restoran sebesar Rp 2 triliun ditargetkan capaiannya Rp 1,8 triliun dan hanya tercapai Rp 1,5 triliun.

"Tetapi, dibanding 2013, semuanya meningkat nilai rupiahnya ya, semua sebenarnya meningkat. Tetapi, dari target yang ditetapkan, belum tercapai dan kinerjanya cukup bagus juga," kata Heru.

Penerimaan daerah lain yang tidak tercapai adalah pajak reklame dari target Rp 2,4 triliun hanya tercapai Rp 862 miliar. Hal itu disebabkan ada pemasangan reklame yang ditahan akibat banyak yang tidak dilelang di titik tertentu.

Sebab, kebijakan Gubernur untuk di titik tertentu, reklame tersebut diganti dengan LED sehingga reklame-reklame di jalan ditiadakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahasiswa STIP Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Megapolitan
Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Megapolitan
Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Megapolitan
Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Megapolitan
Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Megapolitan
Sebelum Dibunuh Arif, RM Sempat Izin ke Atasan untuk Jenguk Kakaknya di RS

Sebelum Dibunuh Arif, RM Sempat Izin ke Atasan untuk Jenguk Kakaknya di RS

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Jenazah Pemulung di Lenteng Agung Segera Dibawa ke Kampung Halaman

Keluarga Tolak Otopsi, Jenazah Pemulung di Lenteng Agung Segera Dibawa ke Kampung Halaman

Megapolitan
Mayat Laki-laki Tanpa Busana Mengambang di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Mayat Laki-laki Tanpa Busana Mengambang di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com