Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Ahok Hapus "Jangan Lahir dan Jangan Mati di Jakarta karena Repot"

Kompas.com - 22/01/2015, 10:22 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pelayan kesehatan menjadi salah satu yang disorot Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat melantik 701 pejabat DKI. Kepada mereka, Basuki meminta agar pelayanan kepada warga ditingkatkan. Terlebih, saat ini, sudah banyak puskesmas kecamatan yang diubah menjadi RSUD tipe D.

"Kalau ada pasien di hadapan Bapak Ibu, anggap pasien itu adalah keluarga Bapak dan Ibu. Kalau pasiennya lebih kecil, anggap anak, kalau pasiennya lebih tua anggap seperti orangtua kita dan harus cepat dilayani, jangan asal ditaruh dan dibiarkan kayak ayam," kata Basuki saat melantik 701 pejabat eselon, di Blok G Balaikota, Kamis (22/1/2015). 

Basuki mengingatkan, petugas puskesmas serta posyandu harus memiliki hati untuk menolong masyarakat luas. Apabila para pejabat kesehatan yang dilantik itu tidak bisa memenuhi permintaannya, maka Basuki mengimbau para pejabat itu untuk mengajukan surat pengunduran diri.

"Dengan ikhlas, bapak ibu boleh minta pindah ke badan perpustakaan bangun sistem online di sana atau kalau enggak saya pindah ke pemakaman untuk mengurus mafia pemakaman di sana," kata Basuki.

Basuki ingin mengubah persepsi warga terkait kota Jakarta, yakni "jangan lahir dan jangan mati di Jakarta karena repot". Sebab, lanjut dia, tak sedikit warga Jakarta yang masih "paranoid" untuk berobat saat melahirkan maupun mengurus pemakaman saat sanak keluarga meninggal karena persepsi akan ditarik pungutan liar oleh para pejabat DKI.

Oleh karena itu, ia meminta para pejabat DKI itu untuk mengingat sumpah jabatan dengan mengatasnamakan Tuhan. Sehingga, nantinya, para pejabat itu akan lebih meningkatkan kinerjanya dan mencoba melupakan niat mereka untuk "bermain" dengan anggaran.

"Bapak Ibu kalau diterima di sini karena faktor kedekatan, menyogok uang, atau lewat dukun, enggak apa-apa. Tapi tiga bulan kerjanya buruk, langsung saya stafkan. Aturan ini bukan tiga bulan kerja evaluasi langsung stafkan. Bisa saja minggu depan kalau kerjanya jelek langsung saya stafkan, enggak ada urusan," kata Basuki. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com