Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengendara Tak Akan Jera Hanya dengan Teguran

Kompas.com - 07/04/2015, 19:57 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama pelaksanaan Operasi Simpatik 2015, kepolisian tidak akan menilang pelanggar lalu lintas. Sebaliknya, polisi hanya akan menegur pengendara yang melanggar lalu lintas.

Namun, sikap ini justru dinilai tidak tepat oleh sejumlah pihak. Ketua Jakarta Transportation Watch, Andi William Sinaga, mengkritisi sikap kepolisian yang tidak menilang pelanggar lalu lintas.

Menurut dia, pengendara motor dan mobil di Jakarta cenderung bersikap tidak disiplin dengan aturan lalu lintas. Sehingga, peneguran saja tidak akan memberikan efek jera.

"Seharusnya pelanggar lalu lintas diberi sanksi tegas, misalnya pencabutan SIM (Surat Izin Mengemudi) atau tidak bisa memperpanjang SIM," kata Andi Selasa (7/4/2015).

Andi menilai, dengan hanya memberikan teguran, pengendara akan semakin cenderung untuk melanggar. Apalagi informasi soal polisi tidak akan menilang pelanggar sudah tersebar luas.

Andi juga berpendapat, polisi seharusnya bersikap lebih tegas unuk menegakkan undang-undang. Sehingga, meskipun melakukan pendekatan persuasif, polisi seharusnya tetap menilang pelanggar aturan lalu lintas.

"Jangan justru polisi jadi lembek begini. Saya yakin percuma hanya menegur masyarakat saja. Tak akan sadar yang ditegur dan tak jadi jera juga mereka," ujar dia.

Sebelumnya, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono mengatakan, operasi yang berkaitan dengan penertiban pengguna jalan biasanya berkaitan dengan penilangan.

Namun, karena ini adalah operasi simpatik, maka polisi tidak akan menilang pelanggar.
"Ini karena kedepankan persuasif simpatik, manakala ada pelanggaran kita tegur," ucap Unggung di Mapolda Metro Jaya, Rabu (1/4/2015) lalu.

Berdasarkan data Polda Metro Jaya, lima hari sebelum Operasi Simpatik, jumlah penilangan mencapai 24.469 dalam sehari. Dan kini begitu operasi simpatik, jumlah penilangan selama lima hari jadi tak ada. 

Hal ini berbeda dengan operasi simpatik 2014 lalu. Tahun lalu, polisi tetap menilang untuk pelanggaran-pelanggaran yang keterlaluan. Berdasarkan data Polda Metro Jaya, selama lima hari operasi simpatik 2014 ada sebanyak 5.392 pelanggar ditilang.

Operasi simpatik berlangsung mulai 1-21 April 2015. Operasi ini menghabiskan dana Rp 3,6 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Megapolitan
Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Megapolitan
5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com