Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Katanya Khusus Transjakarta, Kok Ada Mobil Sedannya"

Kompas.com - 17/04/2015, 09:39 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Klaim Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menyatakan jalan layang busway koridor 13 (Ciledug-Blok M) hanya untuk bus transjakarta mulai diragukan. Emblem-emblem transjakarta dianggap hanya pemanis agar kepentingan utama di balik pembangunan jalan layang sepanjang 9,3 kilometer itu bisa terlaksana.

Keraguan itu muncul setelah Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia menemukan sejumlah rancangan yang menggambarkan ilustrasi mobil pribadi di dalamnya. Tidak hanya itu, pada sejumlah spanduk proyek juga tertulis kalau proyek tersebut adalah proyek pembangunan jalan layang non tol (JLNT), bukan jalan layang busway koridor 13.

"Katanya khusus transjakarta, kok ada mobil sedannya? Ini bakal jadi jalan layang buat transjakarta aja atau jadi JLNT. Kita curiga emblem-emblem transjakarta hanya pemanis, tujuannya agar jalan layang bisa dibangun di situ. Jadi yang diincar jalan layang untuk mobilnya," kata Direktur ITDP Indonesia Yoga Adiwinarto kepada Kompas.com, Jumat (17/4/2015).

Yoga menyayangkan, apabila kecurigaan itu benar-benar terbukti. Sebab, anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan jalan layang tersebut tidak kecil karena jumlahnya mencapai Rp 2,5 triliun.

Menurut dia, sangat disayangkan apabila anggaran yang dikeluarkan tidak menghasilkan solusi untuk mengatasi masalah kemacetan. Apalagi anggaran yang digunakan adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Ia menjelaskan, pada dasarnya solusi untuk menyelesaikan kemacetan di Jakarta bukanlah menambah jumlah jalan, tetapi memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke transportasi umum. Dia menganggap, hal itu tidak bisa terjadi apabila jalan layang koridor 13 bisa digunakan untuk mobil pribadi.

"Uang yang digunakan uang rakyat, lho. Bukan uang swasta. Tanah yang terkena dampak juga tanah publik," ujar dia.

Atas dasar itu, Yoga menganggap sudah seharusnya jajaran Pemprov DKI, terutama pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan jalan layang busway koridor 13 lebih transparan dalam hal perencanaan sebuah proyek. Sebab ia menganggap sampai saat ini hal itu tidak dilakukan.

"Padahal kan Pak Ahok (Gubernur Basuki Tjahaja Purnama) selama ini selalu mengedepankan transparansi. Harusnya itu juga dilakukan dalam perencanaan pembangunan. Tapi ini kok kesannya kayak sembunyi-sembunyi," tutur Yoga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisir Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisir Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Megapolitan
Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Megapolitan
Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Megapolitan
Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com