"Secara kasat mata tidak beda dengan madu asli. Ada busanya juga, itu efek dari penggunaan soda kue," kata Kapolres Metro Jakarta Timur Komisaris Umar Farouq, Kamis (11/6/2015).
Penggunaan soda tersebut juga yang membuat madu akan mengeluarkan gas saat botol dibuka. Ini sama halnya seperti membuka botol minuman soda.
"Ini (madu palsu) kalau dibuka, ada gasnya karena pakai gas dan tertutup rapat. Jadi, gasnya akan tetap ada setiap konsumen membuka botol," paparnya.
Namun, jika dicicipi, madu tersebut tidak memiliki cita rasa madu lebah atau tawon sesuai labelnya. Bahkan, baunya juga tidak menyerupai madu lebah asli yang khas.
"Kalau yang asli, tercium aroma lebah. Itu cara membedakan yang sederhana," lanjut mantan Kapolres Blora tersebut.
Madu tersebut juga dicampur bahan pengawet agar memiliki daya tahan yang cukup lama. Penggunaan bahan pengawet tersebut berimbas pada harga jual madu yang dibanderol Rp 12.500 per botol.
"Mereka kasih merek berupa stiker Madu Super Lebah Liar dan Madu Putih Melivera agar terkesan luks. Padahal, ada bahan pengawet citric acid agar madu tidak basi," ujar Kapolres.
Seperti diketahui, dua warga Kampung Melayu, Jatinegara, ini diamankan petugas karena memproduksi dan menjual madu palsu, Jumat (5/6/2015) lalu. Keduanya diamankan berikut barang bukti berupa peralatan dan bahan baku pembuat madu palsu.
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, polisi menjerat keduanya dengan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan dengan ancaman maksimal 4 tahun penjara, serta pasal-pasal UU RI tentang perlindungan konsumen, pangan, kesehatan, perindustrian, dan perdagangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.