"Masyarakat kita semakin individualistis. Mereka tidak peduli dan tidak mau tahu dengan lingkungannya. Ini adalah fenomena masyarakat perkotaan yang makin lama makin luntur yang namanya kebersamaan," kata Musni kepada Kompas.com, Rabu (22/7/2015).
Musni menilai banyak faktor yang menyebabkan semakin individualnya masyarakat perumahan di perkotaan. Faktor pertama yakni warga perumahan bukanlah tipe masyarakat yang tumbuh secara bersama-sama seperti halnya warga di permukinan biasa.
Selain itu, kata dia, warga yang bermukim di perumahan rata-rata adalah para pekerja yang selalu sibuk. Hal ini yang kemudian membuat mereka malas untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
"Mereka tidak peduli terhadap lingkungannya. Sama tetangganya saja tidak tahu. Kalau dia sendiri yang kena musibah baru dia ribut. Tetapi kalau tetangga dia tidak peduli," ucap Musni.
Dia menyebut faktor terakhir yang membuat semakin individualnya warga perumahan di perkotaan adalah pengaruh budaya dari luar.
Menurut Musni, warga perumahan di perkotaan rata-rata adalah masyarakat yang sudah mengakses teknologi modern. Situasi ini membuat mereka mudah menerima budaya dari luar.
"Orang kota terpengaruh cara pikir barat yang sangat individualistis. Mereka cenderung individualis karena merasa tanpa bantuan orang lain sudah bisa memenuhi kebutuhannya sendiri," ujar dia.
Seperti diberitakan, Noerbaety dibunuh di rumahnya pada 4 Juli 2015. Namun jenazahnya baru ditemukan pada Sabtu (18/7/2015) oleh keluarganya yang hendak berlebaran. Saat ini semua pelaku pembunuhan sudah diringkus oleh pihak kepolisian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.