JAKARTA, KOMPAS.com - Meski sudah melayangkan Surat Peringatan Pertama (SP1) kepada warga di Pasar Ikan Luar Batang, pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih belum memiliki konsep penataan wisata bahari di sana akan seperti apa nantinya.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Museum Bahari Husnison Nizar saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (2/4/2016).
"Sepertinya Pak Gubernur punya tim sendiri buat revitalisasi wisata bahari di sini. Karena jujur saja, saya juga belum diberi tahu pastinya nanti di sini akan dibikin seperti apa. Yang penting, permukiman ditertibkan dulu," kata Husnison.
Bila merujuk dari master plan perencanaan awal Museum Bahari tahun 1976, Gubernur Ali Sadikin sudah membuat konsep penataan kawasan wisata bahari persis seperti kondisi Museum Bahari dan Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1950.
Saat itu, bagian depan Museum Bahari persis berbatasan dengan jalan dan laut. Kapal-kapal didesain bisa merapat tepat di depan bangunan Museum Bahari. Namun, dengan memerhatikan kondisi saat ini, di mana sudah banyak bagian yang tadinya masih air kini menjadi daratan, ada beberapa lokasi yang tidak mungkin dikembalikan seperti kondisi awalnya.
Sudah banyak kawasan yang diuruk dan adanya bendungan serta pompa air milik Suku Dinas Tata Air Jakarta Utara. (Baca: Pengakuan Petugas tentang yang Serba Dadakan dalam Penertiban Pasar Ikan)
"Makanya, saya perlu pastikan lagi, terutama ke Dinas Tata Air, karena SKPD itu yang akan banyak bekerja nantinya untuk menata daerah ini. Apalagi permukaan tanahnya juga sudah turun banyak, gimana caranya supaya enggak sampai banjir," tutur Husnison.
Penataan dan revitalisasi kawasan wisata bahari mencakup Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Bahari, Masjid dan Makam Keramat Luar Batang. Bagian yang ditertibkan adalah bangunan yang menempati bantaran Sungai Ciliwung hingga ke muaranya di Pelabuhan Sunda Kelapa, mulai dari daerah Luar Batang hingga Pasar Ikan.