JAKARTA, KOMPAS.com - Raut wajah Topik (42) sedikit masam. Sesekali ia bermain dengan anaknya di lapak kaki lima (PKL) yang menjual parsel di Jalan Pengangsaan Timur, Cikini, Jakarta Pusat.
Ia mengaku risau dengan rencana penertiban Pemerintah Kota Jakarta Pusat terhadap para pedagang parsel itu.
"Modal saya belum balik sama sekali. Lagi bingung sekarang," kata Topik di lapaknya, Jumat (17/6/2016).
Modal yang dikeluarkan Topik untuk membuka usaha parsel musiman itu mencapai puluhan juta rupiah. Modal itu merupakan pinjaman. Dengan kondisi terancam ditertibkan, Topik mengaku bingung.
"Saya enggak kepikiran untung dulu, yang penting balik modal," kata Topik.
Menurut dia, pembeli parsel pada bulan Ramadhan tahun ini cenderung sepi. Tak banyak pengunjung yang datang.
Pemberitaan tentang rencana penertiban justru ramai di media dan hal itu, kata dia, membuat pembeli pun enggan datang.
Generasi kedua
Topik merupakan generasi kedua pedagang parsel di Cikini. Generasi pertama merupakan orangtua Topik yang sudah berjualan parsel sejak tahun 1980.
Lokasi penjualan dulunya berada di kolong rel Stasiun Cikini tetapi kemudian pindah ke lokasi yang sekarang lantaran PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan sterilisasi kolong rel.
Menurut Topik, sejak saat itu, pemerintah tak pernah melakukan penertiban.
Menurut dia, keberadaan pedagang parsel harus dilestarikan. Pedagang musiman itu telah menjadi bagian dari tradisi yang telah berjalan puluhan tahun.
Keberadaan pedagang parsel dinilai sangat membantu masyarakat. Harga parsel yang ditawarkan jauh lebih murah dibanding parsel-parsel di supermarket.
"Tapi kalau memang benar ditertibkan, kami pasrah aja," ungkap Topik.
Pemkot Jakarta Pusat berencana akan menertibkan para pedagang parsel itu pada Sabtu besok. Keberadaan mereka dinilai telah membuat kemacetan di sekitar jalan tersebut lantaran banyak pembeli yang memarkin kendaraan di badan jalan.
Para pedagang juga memakai fasilitas umum, yaitu trotoar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.