Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Dinas Pertamanan Akhirnya Dijadikan Staf oleh Ahok Setelah Sering Dimarahi

Kompas.com - 18/06/2016, 09:46 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akhirnya mengganti Ratna Diah Kurniati dari jabatan Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. Basuki mengangkat mantan Kepala Suku Dinas Kebersihan Jakarta Barat Djafar Muchlisin menjadi Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, pada pelantikan pejabat eselon, Jumat (17/6/2016) kemarin.

Melihat ke belakang, Basuki melantik Ratna pada 3 Juli 2015 lalu. Ratna menggantikan posisi Nandar Sunandar, yang juga kerap dimarahi Basuki akibat banyaknya sampah di taman-taman.

Menyusul Nandar, kini Ratna juga dijadikan staf di Badan Diklat DKI Jakarta jelang satu tahun masa jabatannya. Basuki terbilang kerap memarahi Ratna ketika mengurusi taman dan makam.

Banyak permasalahan, menurut Basuki, yang tak kunjung terselesaikan. Mulai dari kegagalan pembebasan lahan, tak terpenuhinya jumlah ideal ruang terbuka hijau (RTH), masih banyak oknum meminta komisi, hingga tak tercapainya pembelian lahan eks Kedubes Inggris di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta Pusat.

Untuk permasalahan terakhir itu, Basuki bahkan pernah memarahi Ratna hingga menangis terisak. Kemarahan Basuki memuncak ketika ia disambangi Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam T Malik, pada Kamis (7/4/2016) lalu.

Moazzam menanyakan perihal pembelian lahan tersebut. Pasalnya, Deutsche Bank ingin membeli dengan harga lebih mahal. Ratna yang ikut serta dalam pertemuan Basuki dengan Moazzam, disebut-sebut sempat menangis karena Basuki tak henti-hentinya memarahinya.

Seorang sumber Kompas.com di lingkungan Pemprov DKI Jakarta menyebut, saat rapat itu, Basuki begitu meluapkan kemarahannya.

"Bukan cuma Ibu (Ratna) yang menangis sampai ditenangin pegawainya. Bapak (Basuki) juga marahnya sampai matanya merah, hampir nangis juga," kata sumber itu.

Sayangnya, video rapat tersebut tidak diunggah dalam akun YouTube Pemprov DKI. (Baca: Ahok Marah Lahan Kedubes Inggris Tak Kunjung Dibeli, Kadis Pertamanan Menangis)

Basuki mempertanyakan pembelian lahan eks Kedubes Inggris yang tak kunjung tercapai. Pasalnya, pembelian lahan sudah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI 2016.

"Ngamuk saya. Hebat sekali Dinas Taman membuat dubes dan Kerajaan Inggris 'mengemis' sama Pemprov DKI Jakarta karena enggak beli tanahnya," kata Basuki saat itu.

Basuki menduga, Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta sengaja menunda pembelian lahan karena masih ingin memungut komisi.

Batu nisan tak bertuan

Selain permasalahan pertamanan, Basuki juga menganggap permasalahan pemakaman juga tak dapat diselesaikan Ratna. Baru-baru ini, Basuki menemukan banyak makam fiktif di taman pemakaman umum (TPU) di Jakarta.

Makam fiktif adalah makam yang keberadaannya hanya sebagai penanda bahwa lahan tersebut sudah dipesan. Semakin besar bayarannya, maka akan mendapat makam di depan. Untuk itu, kini ia tengah membangun sistem yang dinilai dapat menghilangkan praktik pungli dalam bisnis pemakaman di Jakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com