Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saksi dari Jessica Sebut Kejang-kejang sebagai Salah Satu Gejala Keracunan Sianida

Kompas.com - 06/09/2016, 11:24 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota majelis hakim kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, Binsar Gultom, sempat mempertanyakan pernyataan saksi ahli yang berpendapat Mirna meninggal bukan karena keracunan sianida.

Saksi ahli patologi forensik asal Brisbane, Australia, Profesor Beng Ong, memberikan keterangan dalam sidang lanjutan mengadili Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (6/9/2016) dini hari.

"Kalau menurut saksi, matinya korban tidak dapat dipastikan karena sianida, bukankah itu tanda-tanda terkena sianida?" tanya Binsar sambil memperlihatkan tayangan CCTV kafe Olivier saat Mirna kejang-kejang usai minum es kopi vietnam, Januari 2016 lalu.

"Kalau korban kejang-kejang, itu memang salah satu gejala orang keracunan sianida," jawab Ong.

Sebelumnya, dalam keterangan awal pada Senin (5/9/2016), Ong menjelaskan apa saja gejala orang yang keracunan sianida. Gejala tersebut adalah mengalami mual dan muntah, susah bernafas, sakit kepala dan pusing atau pening, kejang-kejang, serta yang paling fatal yaitu kematian.

Dengan merujuk keterangan Ong dan kesaksian sejumlah pegawai kafe Olivier yang sempat mencicipi es kopi vietnam milik Mirna, Binsar kembali mempertegas, bagaimana bisa Mirna disebut tidak meninggal karena keracunan sianida.

Sementara, kesaksian para pegawai cocok dengan ciri-ciri yang disebutkan Ong itu, juga dengan kesaksian ahli lain yang sebelumnya dihadirkan jaksa penuntut umum di persidangan.

"Saya cuma mau konfirmasi, tanda-tandanya dengan keracunan sianida. Cuma hitungan detik (sejak minum kopi), langsung muncul reaksi. Bagaimana itu bisa dijelaskan?" tanya Binsar lagi.

"Ada perbedaan efek keracunan sianida, yang mulia. Efek akan cepat terasa pada tubuh kalau sianida masuk berupa gas atau dihirup. Kalau diminum, efeknya baru terasa lima menit sampai beberapa jam ke depan," ujar Ong.

"Kalau memang begitu, apakah menurut saudara, dilihat dari tayangan CCTV ini, korban menghirup sianida lewat kopi atau minum kopi menggunakan sedotan?" ucap Binsar.

"Saya kira yang bersangkutan minum menggunakan sedotan. Korban bisa tidak sadarkan diri dalam waktu cepat kalau menghirup gas sianida dalam jumlah besar. Orang-orang di sekitarnya juga pasti akan merasakan dampak dari gas tersebut. Tapi, di CCTV, tidak terlihat dampak ke orang di sekitarnya," ucap Ong.

"Meski begitu, kenyataannya, dalam hitungan detik korban sudah kolaps dan ditemukan sianida di lambungnya. Tapi tidak apa, itu pendapat saudara, selebihnya akan kami uji selaku majelis hakim dengan mempertimbangkan bukti dan hal lainnya dalam persidangan ini," ujar Binsar.

Ong menyimpulkan, kemungkinan besar sebab meninggalnya Mirna bukan karena keracunan sianida. Sebab, tidak ada proses otopsi terhadap jenazah Mirna dan temuan sianida 0,2 miligram per liter pada sampel lambungnya bisa jadi terbentuk akibat perubahan kimia pascakematian.

Kompas TV Hadir di Persidangan, Ibu Jessica Wongso Menangis
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Megapolitan
Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Megapolitan
Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Megapolitan
Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Megapolitan
Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Megapolitan
Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Megapolitan
Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Megapolitan
Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Megapolitan
Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com