Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Membebaskan Lahan untuk MRT

Kompas.com - 09/09/2016, 10:04 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Operasional dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Mohammad Nasyir mengungkapkan sulitnya memberi pemahaman kepada warga mengenai pentingnya pembangunan angkutan massal cepat (Mass Rapid Transit/MRT) di Jakarta.

Nasyir mengaku harus turun tangan untuk ikut menemui warga agar mau menerima pembebasan lahan.

"Saya datengin warga sendiri. Hanya saya sama camat berdua," ujar Nasyir kepada wartawan, Kamis (8/9/2016).

Struktur jalan layang MRT yang akan membentang dari Jalan Sisingamangaraja hingga Lebak Bulus memang lebih rumit daripada struktur bawah tanahnya. Hal itu dikarenakan struktur layang membutuhkan lebih banyak lahan warga untuk dibebaskan.

Struktur layang yang melewati Jalan Fatmawati sepanjang 10 kilometer membutuhkan pembebasan lahan hingga 138.093 meter persegi yang terdiri dari 621 bidang. Hingga September 2016, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan yang memiliki kewajiban membebaskan lahan tersebut baru berhasil membebaskan 123.327 meter persegi lahan dari 332 bidang. Sementara sisa 289 bidang lagi menjadi pekerjaan rumah hingga akhir tahun ini.

Pemprov DKI Jakarta lantas membagi tugas pembebasan lahan kepada Dinas Bina Marga dan Dinas Perhubungan. Dalam APBD DKI Jakarta 2016, Dinas Bina Marga menganggarkan Rp 220 miliar untuk membebaskan 264 bidang.

Sementara Dinas Perhubungan menerima anggaran Rp 56,82 miliar untuk membebaskan 25 bidang lahan. Sejumlah lahan kritis yang harus segera dibebaskan antara lain di Lebak Bulus, Haji Nawi, dan Cipete.

Berbagai strategi dilancarkan untuk membebaskan lahan. Di Lebak Bulus, 19 bidang milik warga dan 2 milik PT Astra Internasional diajukan sistem pinjam pakai. Lahan warga terpaksa diambil alih dan dibayar belakangan sebab lokasinya mendesak untuk pembangunan dipo Lebak Bulus.

"Mock-up kereta MRT pertama akan datang akhir tahun ini, di mana kami mau simpan keretanya kalau bukan di dipo?" kata Nasyir.

Pembebasan lahan lainnya yang disebut Nasyir 'berdarah-darah' terjadi di Cipete. Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi mengatakan, pihaknya sempat digugat 10 pemilik bidang agar membeli lahan dengan harga Rp 150 juta per meter. Pemprov DKI menolak dan melakukan kosinyasi.

Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, pemerintah bisa melakukan konsinyasi atau memaksa pemilik lahan menjual lahannya dan menerima pembayaran melalui pengadilan.

PT MRT Jakarta menargetkan akan merampungkan pembebasan lahan hingga akhir tahun sembari melanjutkan konstruksi. Diperkirakan, Februari 2019 warga Jakarta bisa berbangga mencoba MRT untuk pertama kalinya.

"Menurut saya suatu kebanggaan kita yang sekian puluh tahun pengin punya MRT bisa kesampean. Kita sebagai orang Indonesia harusnya bisa paham ini yang kita lakukan adalah jerih payah tangan anak bangsa, jangan sampai terhambat 7-8 orang karena tanah saja, bisa nggak jalan," kata Nasyir.

Kompas TV Proyek MRT Selesai Pada Akhir 2016
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Megapolitan
Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Megapolitan
Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Megapolitan
Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Megapolitan
Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Megapolitan
Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Megapolitan
Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Megapolitan
Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Megapolitan
Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com