Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan Politisasi dalam Program Vaksinasi Kanker Serviks

Kompas.com - 29/11/2016, 09:08 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Tahun ini, DKI Jakarta menjadi provinsi pertama yang menjalankan program Kementerian Kesehatan untuk memberi vaksin Human Papillomavirus (HPV) kepada anak-anak secara gratis. Vaksin itu diberikan untuk mengantisipasi kanker serviks.

Adapun latar belakang pelaksanaan program itu disebabkan karena kanker serviks merupakan kanker paling mematikan nomor dua setelah kanker payudara. Penyebabnya disebabkan karena kuman dan virus HPV sehingga perlu dicegah.

Di Indonesia tiap 1 jam ada 33 perempuan yang meninggal karena kanker serviks. Hanya saja, realisasi program ini terganggu.

Banyak informasi beredar melalui pesan berantau terkait program tersebut. Bahkan informasi yang beredar tersebut bernuansa politis dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam pesan tersebut, disebutkan Gubernur DKI Jakarta petahana Basuki Tjahaja Purnama memiliki niat terselubung dalam menjalankan program ini.

Selain itu, disebutkan pemberian vaksin HPV kepada anak-anak usia SD dapat menyebabkan menopause dini. Disebutkan pula, Amerika Serikat dan Inggris sudah tak lagi memberikan vaksin HPV ke masyarakat.

Ketua Umum Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Prof. Dr. Andrijono, Sp.OG (K) menampik pemberian vaksin HPV kepada anak-anak menyebabkan menopause dini.

"Tidak.. Tidak.. Tidak. Kami klarifikasi, enggak ada menopause, tidak ada hubungan vaksinasi dengan menopause," kata Andrijono, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (28/11/2016).

(Baca: Alasan Vaksin Pencegahan Kanker Serviks Diberikan kepada Anak SD )

Dia mengatakan, pemberian vaksin ini hanya menyebabkan efek samping ringan, yakni sakit atau bengkak di bagian tubuh yang disuntik.

Ringannya efek samping ini karena vaksin berisi kulit atau cangkang dari virus HPV. Protein yang disuntikkan ke dalam tubuh akan menyebar ke serviks dan vagina sehingga membuat reaksi antibodi.

"Vaksin ini relatif aman dan bisa dikembangkan menjadi vaksinasi nasional. Di negara lain juga sudah lebih dahulu melakukan vaksin HPV," kata Andrijono.

Bantahan serupa juga diungkapkan oleh dokter dari Rumah Sakit Hermina Jakarta Timur yang juga Satgas Imunisasi PP IDAI, Jose RL Batubara.

"Sekarang kami baru mencoba (vaksinasi) di DKI Jakarta, karena yang memiliki dana dan kesiapan paling siap dibanding daerah lainnya. Tapi kenapa diributin, mestinya didukung dong," kata Jose.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com