Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tanah Abang Ini Ikon Indonesia, Jangan Dibikin Semrawut"

Kompas.com - 31/12/2016, 19:22 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski sudah coba ditata dengan dibangunnya trotoar yang luas, pada kenyataanya kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat tetap masih semrawut oleh banyaknya pedagang kaki lima yang memenuhi trotoar.

Kondisi Tanah Abang yang semrawut ini belakangan mulai marak dibicarakan di media sosial. Kebanyakan netizen mengeluhkan keberadaan PKL yang mengurangi kenyamanan para pejalan kaki.

Menurut Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta Jupan Royter, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bukannya tak berbuat apa-apa terkait kondisi tersebut.

Ia menyebut jajarannya sudah cukup sering menindak PKL. "Kita bersama pejabat di wilayah sudah pernah melakukan penertiban. Karena itu pedestrian kan. Trotoar itu kan dibuat lebar, dikasih lampu terang, dibuat supaya cantik dan indah bukan untuk PKL, tapi untuk pejalan kaki," kata Jupan kepada Kompas.com, Sabtu (31/12/2016).

Jupan mengatakan upaya yang sudah mereka lakukan bukan hanya yang bersifat persuasif. Tetapi juga dengan menyita dagangan pedagang dan mengenakan sanksi tindak pidana ringan.

"Cuma daerah Tanah Abang itu kan tahu bersama. Sudah disita, masuk gudang Cakung, dikenakan sanksi tipiring, sudah dilakukan berulang kali. Cuma masih tetap balik lagi," keluh Jupan.

Karena itu, Jupan menilai saat ini yang perlu dilakukan untuk menata Tanah Abang adalah menumbuhkan kesadaran di kalangan para PKL sendiri.

Jupan berharap PKL menyadari bahwa pemerintah kini berupaya menjadikan Tanah Abang sebagai ikon Indonesia.

Ia mencontohkan saat Presiden Joko Widodo mengajak sejumlah kepala negara sahabat untuk datang ke tempat tersebut, salah satunya Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

"Tanah Abang ini kan bukan lagi cuma ikon Jakarta, tapi ikon Indonesia. Jadi mari kita jaga bersama. Jangan dibikin semrawut," kata Jupan.

Menurut Jupan, Pemprov DKI sebenarnya tidak melarang PKL untuk berjualan. Namun, seharusnya jangan sampai keberadaan mereka tidak diimbangi dengan kesadaran untuk tertib, apalagi sampai mengganggu kenyamanan pejalan kaki.

"Tidak dilarang untuk berjualan. Tapi jangan sampai mengganggu estetika kota. Kan ini sudah dibenerin untuk keindahan untuk kenyamanan pejalan kaki," pungkasnya.

Kompas TV Penertiban Kaki Lima Diwarnai Kericuhan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com