Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPU: Yang Kehilangan Hak Suara Ada Peluang Mencoblos di Putaran Kedua

Kompas.com - 16/02/2017, 12:00 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - KPU DKI Jakarta tidak akan melakukan pemutakhiran data pemilih lagi jika ada putaran kedua pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Pemilih yang menggunakan hak suaranya dengan menunjukkan e-KTP atau surat keterangan dari Disdukcapil pada putaran pertama menjadi daftar pemilih tambahan (DPTb) dan akan dimasukkan ke dalam DPT putaran kedua.

Komisioner KPU DKI Jakarta pokja pemutakhiran data pemilih Moch Sidik mengatakan, DPTb putaran pertama belum sepenuhnya akurat karena masih banyak pemilih yang kehilangan hak suara mereka.

"Problemnya tadi apakah DPTb yang kemarin itu sudah akurat, sudah mengakomodasi seluruh warga Jakarta yang belum terdaftar dalam DPT, kenyataannya enggak kan. Banyak yang bilang kehabisan surat suara, itu kan enggak tercatat," kata Sidik di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (16/2/2017).

KPU DKI Jakarta, kata Sidik, tidak memiliki data pemilih yang tidak bisa menggunakan hak suaranya pada putaran pertama. Sebabnya, mereka tidak mengisi surat pernyataan yang diisi oleh DPTb.

Karena itu, KPU DKI masih membuka kemungkinan pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT putaran kedua untuk menggunakan hak suaranya sebagai DPTb.

Sidik mengatakan, KPU DKI sudah melakukan rapat koordinasi dengan KPU RI dan akan mengkaji kemungkinan tersebut.

"Itu yang jadi pertimbangan, apakah di putaran kedua itu tetap DPTb sekarang ditambah ke DPT, kemudian dibuka lagi ruang DPTb. Yang tidak terdaftar dalam DPT putaran kedua itu ada ruang DPTb, ini belum kami putuskan," kata dia.

Sidik mengatakan, KPU DKI sudah mendapat informasi adanya pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT yang tidak bisa menggunakan hak suaranya. Hal itu terjadi karena mereka kehabisan surat suara dan datang saat TPS ditutup.

"Karena persoalan kehabisan surat suara, apalagi dia datang setelah jam 13.00 maka ditutup itu TPS, makanya yang teriak-teriak itu sebenarnya kami dapat penjelasan karena dia datang setelah jam 13.00, makanya ada menghalang-halangi itu, kecuali yang sudah antre akan diberikan haknya," kata Sidik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisir Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisir Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Megapolitan
Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com