JAKARTA, KOMPAS.com - Risma Oktaviani (26), cuma pasrah saat pisau pelaku penyanderanya yang beraksi di angkot yang ditumpanginya itu menempel di lehernya.
Ia sempat minta kepada pelaku untuk tidak melukai Dafa Ibnu Hafiz (2), sang anak yang ada dalam gendongannya.
Risma bilang kepada pelaku, ia bersedia jika harus terluka, asal anaknya tidak diapa-apakan.
Drama penyanderaan selama 30 menit yang terjadi Minggu (9/4/2017) malam itu nyaris membuat Risma dan anaknya kehilangan nyawa.
Risma saat itu baru saja pulang dari rumah mertuanya. Ia naik angkot KWK dari kawasan Pondok Kopi.
Di dalam perjalanan ke rumahnya di kawasan Layur, Pulogadung, pelaku yang belakangan diketahui bernama Hermawan (28), menumpang angkot tersebut dari depan Kantor Perumnas atau depan Rusun Klender. Pelaku naik seorang diri sambil menggendong ransel.
Dalam ransel tersebut, diduga telah disiapkan pisau yang hendak digunakan Hermawan untuk beraksi.
Tak lama setelah naik, pelaku mengeluarkan pisau sambil mengancam dengan meminta Risma dan seorang penumpang wanita lain menyerahkan barang berharga.
"Enggak lama setelah naik, dia (pelaku) langsung mepet istri saya, minta handphone sama uang," kata Nur Sopian, suami Risma, saat berbicara disamping istrinya kepada awak media, di RS Persahabatan, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (12/4/2017).
(Baca juga: Cerita Saksi Mata Penodongan Ibu dengan Balita di Dalam Angkot)
Risma pasrah. Namun, seorang penumpang lain hanya menyerahkan ponsel dan menolak memberikan uang. Angkot kemudian berhenti di lampu merah.
Satu-satunya penumpang selain Risma dan anaknya itu lari menyelamatkan diri, termasuk sang sopir saat angkot berhenti di lampu merah.
Namun, Risma ditarik oleh pelaku dan langsung disandera. Teriakan minta tolong penumpang dan sopir angkot yang menyelamatkan diri lebih dulu itu mengundang perhatian warga dan pengendara setempat.
Angkot tersebut kemudian dikepung warga. Aiptu Sunaryanto, yang kebetulan lewat akhirnya berhenti dan melakukan negosiasi dengan pelaku.
Selama dalam cengkeraman pelaku, Risma berupaya melindungi anaknya, Dafa. Bocah polos itu sedang setengah tertidur.
"Pas ditodong itu dia manggil Bun (Bunda), Bun," ujar Risma. Menurut Risma, ia meminta anaknya tenang.
(Baca juga: Aiptu Sunaryanto, Polisi yang Gagalkan Penodongan di Angkot Terima Penghargaan dari Kapolda)