Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Depok, Tumbuh Pesat Minim Antisipasi

Kompas.com - 27/04/2017, 17:00 WIB

Oleh: AMANDA PUTRI NUGRAHANTI

KOTA Depok menginjak usia ke-18 tahun pada hari ini, Kamis (27/4). Kota dengan jumlah penduduk mencapai 2,1 juta jiwa dengan pertumbuhan mencapai 3,5 persen hingga 5,0 persen per tahun ini masih terus bergelut dengan pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan, transportasi publik, sekolah, dan ruang-ruang publik.

Wali Kota Depok Mohammad Idris Abdul Shomad, Jumat (21/4), mengakui, masih banyak yang menjadi pekerjaan rumah Depok. Idris mengatakan, Depok pada awalnya memang tidak didesain untuk menjadi sebuah kota. Depok awalnya hanya sebuah kecamatan dengan area yang sangat luas.

Meski telah menjadi kota pada tahun 1999, tata kota baru direncanakan pada 2004 dan dimasukkan dalam rencana jangka panjang Kota Depok tahun 2006 hingga 2025. Program utama saat itu adalah pembuatan jalan utama. Jalan utama yang terlihat hingga kini dan menjadi pusat keramaian dan aktivitas ekonomi yaitu Jalan Margonda Raya.

Selain itu, betonisasi jalan menjadi program tahunan. Betonisasi dilakukan pada jalan-jalan kota sepanjang total 476 kilometer dan jalan lingkungan sepanjang 1.031 kilometer. Hingga kini, upaya betonisasi sudah mencapai 95 persen di jalan kota dan 78 persen untuk jalan lingkungan. Namun, upaya ini tidak diikuti dengan upaya antisipasi kepadatan jalan raya seiring semakin tingginya jumlah penduduk dan kendaraan. Perbaikan sistem drainase yang sebenarnya bisa saling melengkapi dengan pembangunan jalan pun jauh dari sempurna realisasinya.

Jalan penghubung antara kawasan Cinere dan Sawangan dengan pusat kota hanya mengandalkan Jalan Raya Sawangan yang saat ini lebarnya 8 meter. Sementara pertumbuhan jumlah kendaraan mencapai 33 persen per tahun untuk sepeda motor dan 9 persen per tahun untuk mobil. Pada jam-jam sibuk, pagi dan sore hari, kemacetan tak terhindarkan. Bahkan, pada 2015, warga pernah berunjuk rasa menuntut pemerintah agar melebarkan jalan tersebut.

Namun, hingga kini, jalan tersebut belum juga dilebarkan. Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok Manto mengatakan, status Jalan Raya Sawangan berubah menjadi jalan nasional. Dengan begitu, upaya pembebasan lahan dan pembangunannya menjadi kewajiban pemerintah pusat.

Kesan terus menunggu ini juga tergambar dari upaya pembangunan terusan Jalan Juanda yang hingga kini belum juga terealisasi. Jalan sepanjang 7,6 kilometer itu akan menghubungkan pusat kota di Jalan Margonda dengan kawasan Cinere dan Sawangan di sisi barat. Padahal, jalan ini dipercaya mampu memecah kepadatan lalu lintas di Jalan Raya Sawangan.

Persoalan kemacetan di Depok ini menjadi momok karena terjadi tak hanya pada hari kerja, tetapi juga pada hari libur. Akhirnya, upaya yang dapat dilakukan sebatas melakukan rekayasa lalu lintas. Di Jalan Margonda, misalnya, diberlakukan contra flow pada pagi hari.

Minim transportasi publik

Penyediaan transportasi massal masih belum tersentuh. Sebagian besar warga masih memilih kendaraan pribadi untuk bepergian. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Depok, dari 1,8 juta perjalanan per hari, 1,4 juta orang menggunakan angkutan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor. Sisanya, 397.000 orang, menggunakan angkutan umum, baik angkutan kota, kereta api, atau bus.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Depok Gandara mengatakan, ke depan, Depok berencana membuat tiga koridor transportasi massal untuk melengkapi transjabodetabek yang sudah beroperasi dengan rute Terminal Depok-Cawang UKI. Realisasi rencana tersebut masih dalam tahap pengkajian.

"Persoalan utamanya masih pada lebar jalan yang belum memadai. Bus besar tidak memungkinkan melewatinya. Persoalan transportasi massal ini bagai polemik telur dan ayam. Idealnya ada subsidi untuk penyelenggaraan transportasi massal, tetapi anggaran kami tidak cukup untuk itu," kata Gandara.

Akhirnya, kini warga pun lebih memilih moda transportasi daring, terutama ojek daring. Julia (45), warga Kelurahan Sukmajaya, mengatakan, ia lebih memilih naik ojek daring karena cepat dan tak repot ganti moda.

Tetapkan prioritas

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Narkoba ABG 16 Tahun hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Narkoba ABG 16 Tahun hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com