Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gedung Lembaga Eijkman, Lorong Waktu Biologi Molekuler

Kompas.com - 29/05/2017, 18:30 WIB

J GALUH BIMANTARA

Berada di Gedung Lembaga Biologi Molekuler Eijkman di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, laksana memasuki lorong waktu perkembangan ilmu biologi molekuler. Selasar berlangit-langit dan dinding atas melengkung bak mengajak kembali ke era kolonial Batavia. Di kanan-kiri selasar tampak ruang-ruang laboratorium penyakit tropis kelas dunia.

Selasar itu adalah bagian dari bangunan depan Lembaga Eijkman, menghubungkan dunia luar dengan taman sekaligus area parkir di tengah kompleks. Gedung seluas sekitar 5.500 meter persegi ini mengelilingi ruang terbuka.

Pola lengkung mendominasi rancangan gedung, seperti tampak dari langit-langit selasar, daun-daun pintu, dan lubang angin. Pemandangan yang dipertahankan sejak 100 tahun lalu itu membuat Gedung Lembaga Eijkman mencolok jadi tontonan di antara gedung-gedung modern di sekitarnya.

Beruntung para tokoh yang menghidupkan kembali Eijkman-setelah "mati" tahun 1965-1992-punya pendirian, arsitektur gedung dipertahankan.

Prof Sangkot Marzuki, saat ini merupakan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, pakar terkemuka bidang biologi molekul dan genetika manusia, memimpin pembenahan gedung dengan konsep restorasi, bukan pembongkaran. Salah satu yang berperan dalam pembenahan gedung adalah Prof Herawati Sudoyo yang kini Deputi Direktur Lembaga Eijkman.

Pada Rabu (24/5), Herawati mengajak berkeliling kompleks Lembaga Eijkman. Kami mengamati bagian bangunan orisinal ataupun yang sudah diganti baru. Namun, semuanya tidak meninggalkan keaslian rancangan.

Ia mencontohkan, marmer di lantai dasar bangunan sisi depan sudah tidak asli. Tim pun mencarikan marmer semirip mungkin, merujuk marmer di anak tangga gedung depan. "Semuanya dibangun kembali dengan kasih sayang," ucap Herawati.

Seperti lumrahnya bangunan zaman kolonial, langit-langit gedung ini tinggi. Langit-langit di lantai satu 5,40 meter dari dasar, di lantai dua 4,50 meter. Jendela-jendela dan pintu-pintu masih asli, dengan tinggi sekitar 2,5 meter dan lebar 1 meter lebih. Ubin di sejumlah laboratorium juga asli, 15 x 15 sentimeter dan tahan asam.

Pada dinding tangga di gedung bagian depan tersisa dua kaca patri asli berbentuk persegi. Ornamen pada kaca patri berupa ular lambang kedokteran serta struktur berpilin. Menariknya, menurut Herawati, struktur berpilin itu mirip rantai heliks ganda asam deoksiribonukleat (DNA). Padahal, DNA baru ditemukan pada 1950-an.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com