Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Hunian Baru di Kampung Deret, Warga Tanah Tinggi Rela "Nombok"

Kompas.com - 15/07/2013, 16:13 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Apa pun dilakukan oleh warga di RT 14/RW 01, Tanah Tinggi 1, Johar Baru, Jakarta Pusat, untuk mendapatkan hunian baru yang lebih nyaman. Untuk menjalani aktivitas sehari-hari saat ini, mereka pun rela merogoh kocek lebih dalam.

Kampung Tanah Tinggi tengah berbenah. Ratusan rumah yang sebelumnya tampak kumuh kini berubah menjadi kawasan layak huni. Setidaknya rumah-rumah warga mulai terlihat lebih rapi, meski belum sepenuhnya rampung dibangun. Masih ada pekerjaan pembangunan rumah untuk membuat permukiman padat penduduk itu menjadi kampung deret.

Untuk mewujudkan hunian baru itu, warga rela mengeluarkan uang untuk membayar para pekerja bangunan. Mardiah (53), misalnya, harus membelanjakan uang Rp 200.000 dalam sehari untuk makan, minum, dan rokok tukang bangunan. Para pekerja di sana terpaksa tidak berpuasa demi menyelesaikan pembangunan rumah sebelum Lebaran.

"Ya, untuk kopi, makan sehari satu kali, siang saja. Kebetulan yang menggarap rumah saya ada tujuh orang, paling sedikit habis Rp 150.000 (per hari)," kata Yahya, Senin (15/7/2013).

KOMPAS.com/ESTU SURYOWATI Pekerja bangunan tengah mengerjakan renovasi rumah di RT 14 RW 01, Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2013). Dibantu warga, mereka mempercepat pekerjaan sehingga deretan rumah cantik bisa ditempati sebelum Lebaran.


Hal yang sama juga dilakukan oleh warga lain. Besarnya anggaran yang harus dikeluarkan warga tergantung pada jumlah pekerja yang menggarap rumah mereka. Jika dikerjakan dua orang, maka pemilik rumah wajib menyediakan makan dan minum untuk dua pekerja tersebut.

Selama pembangunan rumah, warga juga harus membiasakan diri dengan kebiasaan baru, terutama menjemur pakaian mereka. Mardiah mengatakan, sebelum pembangunan rumah itu, warga biasa menjemur pakaian di depan rumah. Namun, ketika renovasi dimulai, warga memindahkan jemuran di sebelah rel kereta api, dekat Stasiun Pasar Senen.

"Sulit juga karena biasa di depan rumah, sekarang harus di belakang (dekat rel). Kalau mau di depan takut mengganggu pembangunan," ujarnya.

Kerepotan serupa juga diungkapkan oleh Uni (47), yang memiliki anak balita. Menurutnya, menjemur pakaian di rel membuatnya sulit menjemur dan mengangkat pakaian dengan cepat. "Apalagi sering hujan kaya begini, kan?" kata Uni.

Meski sedikit repot, warga tidak pernah mengeluhkan kondisi yang mereka alami. Ketua RT 14/RW 01, Tanah Tinggi, Yahya, mengatakan, dirinya tidak mendengar keluhan dari warganya.

"Mereka malah senang karena yang tadinya kumuh, sekarang enak. Yang tadinya tripleks, sekarang beton. Yang dulunya enggak ada WC, sekarang ada," katanya.

Pembangunan kampung deret di Tanah Tinggi ini dimulai sejak awal Mei lalu. Kawasan tersebut menjadi kawasan percontohan kampung deret yang dicanangkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Anggaran renovasi kampung diambilkan dari APBD DKI 2013. Renovasi setiap rumah dianggarkan sebesar Rp 40 juta. Uang tersebut tidak diberikan secara langsung kepada warga, tetapi dikelola oleh kelompok kerja yang dibentuk oleh pemerintah dan warga setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Megapolitan
Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Megapolitan
Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Megapolitan
Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com