"Sampai saat ini belum ada yang dipanggil sebagai tersangka," kata Kepala Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Timur, Ajun Komisaris Besar M Soleh, saat dihubungi, Kompas.com, Kamis (18/7/2013) malam.
Soleh mengatakan, di luar kedua saksi itu, sudah banyak orang yang menjalani pemeriksaan untuk mengetahui siapa pelaku penganiayaan itu. Namun, saksi pelapor susah ditemui.
"Dia kan yang tahu siapa nama-nama (pelakunya)," ujar Soleh.
Korban penganiayaan menyebut para pelaku penganiaya berasal dari pekerja rusun tersebut. Korban yang merupakan pasangan suami istri itu kini telah meninggalkan rusun dan menetap di wilayah lainnya.
"Seharusnya dia enggak perlu takut (bersaksi). Dia kan sudah pindah, tidak tinggal lagi di situ. Upaya yang kita lakukan saat ini tetap menghubungi saksi korban itu," ujar Soleh.
Untuk mengetahui siapa pelaku penganiayaan itu tidaklah sulit. Berdasarkan catatan Kompas.com, ada banyak saksi yang merupakan warga penghuni rusun di sana yang menyaksikan peristiwa penganiayaan tersebut. Hanya saja, semenjak kejadian penganiayaan yang menimpa warga satu rusun mereka, sejumlah warga yang ditemui, pada Jumat (14/6/2013), memilih tak banyak bersuara, termasuk kepada media.
Meski demikian mereka membenarkan adanya kejadian itu. Mereka hanya berani membeberkannya dengan diam-diam. Mereka mengaku merasa takut kepada pihak pengelolah.
Peristiwa penganiayaan terhadap Rinaldi (47) dan Suhartati (45) yang diduga dilakukan belasan pekerja dari pihak pengelola rusun itu terjadi pada Selasa (11/6/2013) silam. Para pelaku mendatangi unit rusun kediaman pasangan suami istri itu, lalu melakukan aksi pengeroyokan tersebut.
Mereka yang ada dan dikenali korban di antaranya tiga orang tukang sapu, dua orang teknisi rusun, dua orang yang memakai baju bertulisan "pengelola" di bagian kerahnya, dan sekuriti yang dikenalnya lebih dari lima orang.
Saat itu, penghuni yang menyaksikan penganiayaan tersebut diancam untuk tidak ikut campur. Mereka diminta tidak mendekat. Beberapa orang yang menyaksikan mengaku sampai menangis melihat kejadian itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.