Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Untung Kecil, Linda Betah Jualan Uang Receh

Kompas.com - 05/08/2013, 15:51 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mencari uang dengan menjual uang, itulah yang dilakukan Linda (37) selama 18 tahun di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Berbekal untung seribu rupiah dari uang Rp 100.000 yang ditawarkannya, Linda menggeluti pekerjaan tersebut sejak pertengahan 1996.

Sebelum menawarkan jasa penukaran uang receh, Linda pernah merasakan bekerja sebagai karyawati sebuah perusahaan di Jakarta, walaupun tidak sampai satu tahun bekerja kantoran. Wanita asal Medan, Sumatera Utara, itu tidak bekerja sendirian menjadi penukar receh di Terminal Rambutan. Ia ditemani Edi (38), suaminya, yang juga merupakan seorang penjual uang di sana.

Meski tak mendapat untung banyak, Linda tetap setia menekuni pekerjaan itu sejak ia belum menikah hingga telah bersuami dan memiliki satu putri. Nominal uang receh yang dibawa Linda dalam sehari bervasiasi. Dari mulai pecahan Rp 2.000, sampai dengan Rp 20.000 dibawa untuk dijajakan kepada pengunjung terminal.

Modal usahanya didapat dari seorang "bos" yang memberinya uang Rp 10 juta. Dari setiap nominal uang receh yang ditawar, Linda mengaku menjualnya dengan 10 persen dari tiap kelipatan Rp 100.000.

"Dari Rp 10.000 yang didapat, saya setorkan Rp 9.000 ke bos saya. Sisa Rp 1.000 buat untung saya," kata Linda kepada Kompas.com di Terminal Kampung Rambutan, Senin (5/8/2013).

Selama bertahun-tahun menjual uang receh, Linda mengamati situasi ramai terjadi pada akhir pekan. Biasanya banyak masyarakat yang menukarkan uang receh. Dalam sehari, setoran yang ia berikan kepada pemilik modal bisa mencapai Rp 500.000. Ia sendiri hanya mendapatkan penghasilan antara Rp 25.000 dan Rp 30.000.

"Sebenarnya enggak cukup buat hidup zaman sekarang ini. Tapi harus pintar-pintar cari usaha lain," kata Linda.

Untuk menambah penghasilan, Linda menggeluti pekerjaan sampingan sebagai penjual air mineral. Langganannya adalah sopir-sopir di terminal. Dalam sehari, ia bisa menjual satu sampai dua dus air mineral.

Waspada kejahatan

Bekerja sebagai penjual receh tidak selalu berjalan mudah. Memegang uang menjadi kewaspadaannya setiap kali bekerja. "Terminal Rambutan termasuk terminal yang aman soalnya banyak polisi. Tetapi tetap waspada selalu ada, namanya pegang duit," ujar Linda.

Suatu ketika, Linda pernah Aksi penipuan dengan modus uang palsu pernah juga dialaminya. Saat itu, cerita Linda, ada yang memanfaatkan situasi ramai dengan membayar uang palsu kepada dirinya. Kejadian itu dialaminya baru beberapa hari lalu. Namun, dari kejadian itu Linda mengurungkan niat untuk melapor di kepolisian.

"Pernah dapat Rp 200.000, jadi Rp 100.000 dua yang palsu. Pintarnya mereka (pelaku), waktu orang ramai saja. Itu beberapa hari lalu. Ya, duitnya dibuang sajalah, mau lapor ke mana," kata Linda.

Wanita yang tinggal di Jalan Mahakam, belakang Terminal Kampung Rambutan, Ciracas, itu masih belum berencana mudik pada Lebaran nanti. Selain ongkosnya mahal, jaraknya cukup jauh dari Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Gak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Gak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Cegah Prostitusi, 3 Posko Keamanan Dibangun di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Kasus Berujung Damai, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya di Warteg Dibebaskan

Megapolitan
Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Kelabui Polisi, Pria yang Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang Sempat Cukur Rambut

Megapolitan
Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com