Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKL Asemka Keberatan Direlokasi

Kompas.com - 13/08/2013, 19:05 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pedagang kaki lima di kawasan Pasar Pagi Asemka, Tambora dan Tamansari, Jakarta Barat, mengaku keberatan jika harus ditertibkan dan pindah lokasi dagang.

Maman (43), salah satu pedagang kaki lima yang berdagang di kolong fly over Pasar Pagi menegaskan tidak setuju jika dipindah ke tempat lain.

Mengenai penertiban PKL di Tanah Abang, Maman mengatakan bahwa PKL Tanah Abang dan Pasar Pagi Asemka tidak bisa disamakan.

"Tanah Abang itu kan pusat perbelanjaan untuk cakupan kawasan Asia, jadi memang harus ditertibkan karena sudah berantakan dan tidak teratur. Beda dengan Asemka, yang beli kan cuma orang-orang daerah sini aja. Nggak bisa disamakan dong," ujarnya.

Maman menambahkan, kawasan PKL Pasar Pagi Asemka menurutnya jauh lebih tertib dibanding Tanah Abang.

"Disini itu, pedagang cuma jualan dari pagi sampai sore. Jam 16.30 kami udah musti beres-beres. Malam kami udah enggak jualan. Sudah tertib dong itu," ujar Maman.

Maman pun menuturkan, keberadaan mereka sama sekali tidak mengganggu pejalan kaki maupun kendaraan yang lewat.

Menurutnya, ia dan pedagang lain tidak terlalu mengganggu pejalan kaki atau kendaraan yg lewat.

Daripada dipindahkan, Maman yang sudah 10 tahun berjualan alat-alat elektronik itu lebih mau jika kawasan Pasar Pagi Asemka ditata.

"Mendingan tetap dagang di sini, tapi dirapihkan saja tempatnya. Misalnya, ada aturan jarak antar lapak atau antar kios, supaya nggak terlalu padat. Kalau kami harus pindah atau masuk Pasar Perniagaan, bisa mengurangi omzet kami," ujar Maman yang dalam sehari bisa mendapat omzet Rp2 juta itu.

Hasan pun menolak bila dirinya dan beberapa pedagang lain disebut ilegal. "Kami bayar setoran kok disini ke pihak RW. Kami bayar per hari untuk keamanan dan kebersihan," kata Maman.

Namun saat ditanya berapa jumlah uang setoran yang diberikan, laki-laki warga Jatinegara, Jakarta Timur, itu bungkam.

Hal senada dikatakan Hasan (25), pedagang boneka di lokasi yang sama. "Disini kami cuma dibatasi dagang sampai pukul 17.00 dari jam 06.00 pagi. Kalau sudah malam, lokasi kami dagang dibersihkan sampah-sampahnya. Keamanan juga terjamin, nggak ada preman sama sekali di sini," katanya.

Hasan pun juga menolak bila kondisi Pasar Pagi Asemka dikatakan setali tiga uang dengan Pasar Tanah Abang.

"Tanah Abang itu sembarangan. Lapak-lapaknya nggak diurus. Kalau udah malam dibiarkan begitu saja. Kalau disini, seperti yang udah saya bilang, kebersihannya diurus," ulasnya.

Hasan menjelaskan, dalam sehari dia bisa meraup omzet sebesar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Seperti Maman, Hasan pun juga membayar iuran keamanan setiap harinya.

"Total saya bayar Rp50 ribu di sini sehari. Rp20 ribu untuk ganti uang parkir, Rp15 ribu untuk uang keamanan, dan Rp15 ribu lagi untuk keamanan. Saya bayar ke pihak RW disini saja," kata Hasan.

"Kalau harus masuk gedung pasar, pasti bakalan sepi. Saya kehilangan pelanggan," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com