Ketua RT 17 Roni, mengatakan, pihaknya akan mengupayakan agar dapat bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Sebagian warga, menurutnya, masih bertahan lantaran tidak tahu mesti tinggal di mana.
"Kita mau rencananya datangin lagi Jokowi. Gimana, ngomongnya (relokasi permukiman) dua tahun lagi. Katanya disiapin tempat dulu, baru dipindahin. Ini tanpa disiapin tempat sudah main gusur semua," kata Roni, di Waduk Pluit, Jakarta Utara, Sabtu (24/8/2013).
Menurutnya, berdasarkan rapat yang pernah dilakukan di Kecamatan Penjaringan, akan ada berita pemberitahuan dari Pemprov DKI Jakarta mengenai penyelesaian bagi warga untuk memperoleh rumah susun. Namun, belum terwujud hal itu, kediaman mereka telanjur sudah digusur.
"Jadi bukan tunggu pemprov ada penyelesaian, dia gusur. Habis, bukan (lagi) penyelesaian, gusur habis. Padahal kita sudah mau sepakat pindah rumah susun ini. Tahu ternyata penggusuran paksa," kesal Roni.
Roni juga merupakan salah satu warga di lokasi yang tempat tinggalnya digusur. Ia mengatakan memiliki tiga rumah di lokasi tersebut. Dari jumlah itu, ia mengatakan baru mendapatkan ganti rugi untuk satu rumah miliknya sebesar Rp 15.500.000.
"Saya dapat rumah saya ada 3, baru bayar (ganti rugi) Rp 15,5 juta. Saya mau nuntut rumah saya yang dua lagi," ujar Roni.
Menurutnya, ada pemberian ganti rugi mulai Rp 8.000.000 sampai Rp 40.000.000 dari Pemprov DKI Jakarta kepada warga di RT 17 yang terdata dengan 48 kepala keluarga (KK) itu. Jumlah yang diberikan bervariasi tergantung nilai bangunan warga.
"Pak Tinggih itu (ganti rugi) Rp 40 juta, baru dibayar Rp 30 juta. Dia tukang kapal di Pelabuhan. Lalu Pak Nurahman Rp 40 juta, dia buka warteg," beber Roni.
Tri (24), salah satu anak pemilik toko di Waduk Pluit mengaku orangtuanya belum memperoleh ganti rugi dari penggusuran itu. Ia meminta kejelasan mengenai nasib mereka selanjutnya. Sejak hari penggusuran, Kamis (22/8/2013), dia bersama keluarga dan orangtua memilih tinggal di lokasi samping waduk dengan mendirikan tenda.
"Minta kejelasan saja gimana. Tapi ini kadang-kadang Satpol PP udah datang, 'ayo-ayo angkat saya bantuin'. Angkat ke mana kita enggak punya rumah," cetus Tri.
Sementara itu, sekitar 30 jiwa mengungsi dengan mendirikan tenda seadanya dekat Pos Polisi. Mereka meletakkan berbagai barang bawaan yang masih bisa diselamatkan seperti kasur, bantal, selimut, beberapa pakaian, dan kendaraan motor mereka di lokasi. Warga sebagian mengatakan penggusuran dilakukan tanpa memberikan waktu bagi mereka untuk menyelamatkan barang di dalam rumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.