Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Tak Prioritaskan Penertiban Lokasari

Kompas.com - 29/08/2013, 22:12 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari, Tamansari, Jakarta Barat kini berubah menjadi kawasan hiburan malam, kos-kosan, dan bisnis pijat. Namun Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo belum berencana untuk mengembalikan fungsi THR Lokasari seperti semula. Sebab, belum ada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dianggap mampu menanganinya

Selain itu, pria yang akrab disapa Jokowi itu mengaku masih banyak masalah yang lebih diprioritaskan, seperti normalisasi waduk dan pedagang kaki lima (PKL). "Masih banyak yang saya prioritaskan, yang harus saya kejar," kata Jokowi, saat menemani warga Waduk Ria Rio meninjau Rusunawa Pinus Elok, Jakarta Timur, Kamis (29/8).

Jokowi pun mengaku akan mengecek ke lapangan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi. Sehingga dirinya bisa mengambil keputusan terhadap masalah yang ada. "Nanti saya cek lapangan. Kalau ada seperti itu. Tapi saya masih banyak prioritas," ujarnya.

Menurut Jokowi, saat ini belum ada BUMD yang akan ditunjuk untuk mengelola THR Lokasari. Sehingga masih akan dikaji lebih dalam lagi mengenai penanganannya. "Belum ada BUMD yang bisa mengurusinya untuk Lokasari," katanya.

Kepala Badan Pengelola THR Lokasari, Raya Siahaan mengaku Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang disetorkan selama ini memang kecil bila dibandingkan dengan BUMD DKI lainnya. Pasalnya, aset lahan milik Pemprov DKI  di kawasan Lokasari hanya seluas 2,4 hektar.

"Aset lahan milik Pemprov DKI digunakan untuk gedung olahraga, kantor kelurahan, kantor damkar, kantor BP Lokasari, Usaha Kecil Menengah sebanyak 17 unit dan 35 ruko yang dikerjasamakan kepada pihak kedua, fasilitas umum jalan parkir. Jadi wajar saja bila PAD kita sedikit," ujar Raya.

Ia menjelaskan, penetapan Lokasari sebagai THR, berdasarkan SK Gubernur DKI Nomor 3931 tahun 1984 yang saat itu dijabat oleh Suprapto. "Perjanjian pembangunan dimulai tahun 1985. Tapi, peruntukan lokasari saat ini sudah berbeda. Kor-nya sudah berubah menjadi bisnis," jelasnya.

Raya mengungkapkan, mayoritas lahan di areal THR Lokasari saat ini dimiliki pihak lain di antaranya bank, hotel, dan restoran.

"Sebagian besar lahan Lokasari dimiliki oleh PT Gemini Sinar Perkasa dengan sertifikat Hak Penggunaan Lahan (HPL) dan Hak Guna Bangunan (HGB). Kami hanya bisa menyetorkan pajak saja," ungkapnya.

Menjawab tudingan Lokasari sebagai tempat tinggal wanita malam, Raya menegaskan, pihaknya sekadar menyediakan satu unit ruko berisi 15 unit kos. Ruko tersebut sengaja diperuntukan bagi pegawai yang bekerja di hotel yang ada di kawasan THR Lokasari.

"Kami hanya punya satu gedung. Kalau ada yang lain, itu bukan punya kita. Sekarang kalau kamu punya ruko dijadikan kos-kosan, masa sih dilarang," tegasnya.

Ia mengungkapkan, masih ada lahan kosong sekitar 1,5 hektar di sebelah gedung olahraga di kawasan THR Lokasari. "Pemprov DKI bisa menggunakan lahan ini  untuk membangun rusun atau bisa juga penampungan pedagang kaki lima," tuturnya.

Seperti diketahui, saat ini THR Lokasari telah berubah fungsi, dari taman hiburan menjadi kos-kosan dan bisnis pijat plus-plus. Salah satu aset milik Pemprov DKI Jakarta ini hanya menyumbang PAD yang kecil. Dengan berbagai bisnis pusat hiburan malam, griya pijat, dan lainnya, THR Lokasari diharapkan mampu menggenjot pendapatan hingga Rp 700 juta hingga RP 1 miliar per tahun.

Namun berdasarkan data dari Badan Penanaman Modal dan Promosi (BPMP) DKI Jakarta, THR Lokasari hanya menyumbang PAD sebesar Rp 448 juta pada 2012, meningkat sedikit dibandingkan 2011 yang hanya Rp 381 juta, dan 2010 yang hanya 340 juta. Penerimaan ini merupakan jumlah yang paling kecil jika dibandingkan BUMD lain yang PAD-nya mencapai miliaran rupiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com