Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Gara-gara Pintu Air Tidak Dibuka, Latuharhari Jebol

Kompas.com - 12/11/2013, 14:09 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kembali menegaskan, apabila Pintu Air Manggarai telah masuk Siaga I atau pada ketinggian 900 cm, pintu harus dibuka. Ia tidak mau kejadian jebolnya tanggul Latuharhari Kanal Banjir Barat (KBB) pada awal tahun 2013 kembali terulang karena Pintu Air Manggarai tidak dibuka.

"Justru gara-gara kemarin pintu airnya tidak dibuka, BKB juga jebol kan? Tenggelam juga," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Selasa (12/11/2013).

Menurut dia, kewenangan membuka Pintu Air Manggarai ada di tangan Gubernur DKI Jakarta meskipun pada akhirnya keputusan terakhir tetap ada di tangan Presiden RI. Sebab, apabila pintu air tersebut dibuka, yang akan terkena dampak banjir adalah Istana Negara dan sekitarnya, termasuk Balaikota Jakarta.

"Ya, paling kita lapor Presiden saja, mohon maaf Pak Presiden, kemungkinan Istana kerendem lagi, pintu airnya dibuka apa enggak? Ha-ha-ha," canda dia. 

Berbeda dengan Pintu Air Manggarai, Basuki justru menilai normalisasi Waduk Pluit yang sedang dikerjakan sudah mulai ada hasilnya. Kawasan di sekitar daerah Waduk Pluit akan terkena dampak banjir apabila volume sudah melebihi batas normal. DKI hanya perlu mengoptimalkan fungsi pompa yang ada. Apabila tidak keburu untuk dikerjakan, rumah pribadinya yang terletak di Pantai Mutiara, Pluit, Jakarta Utara, juga akan ikut terendam banjir. 

Basuki pun mengklaim telah memiliki beberapa tempat penampungan air hujan apabila intensitas hujannya tinggi, misalnya Cengkareng Drain, KBB, Kanal Banjir Timur (KBT), dan Cakung Drain.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Manggas Rudy Siahaan mengakui masih banyak genangan mengepung Jakarta apabila hujan terjadi. Daerah yang paling banyak tergenang adalah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

Ia menjelaskan, banyak penyebab mengapa di Jakarta masih tergenang banjir. Penyebab paling utama adalah pengalihan fungsi tata ruang dan juga banyaknya bangunan-bangunan liar di pinggir sungai.

"Nah, seharusnya kali itu lebar, tapi sekarang kondisinya sempit. Misalnya Kali Mampang, Kali Krukut, Kali Grogol, seharusnya kedalamannya sampai 20 meter, tapi di lapangan ternyata banyak yang cuma tujuh meter. Kanan kirinya banyak bangunan liarnya juga," kata Manggas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com