Akilah mengalami kekurangan cairan, kesulitan makan, dan perut membuncit yang harus mendapatkan penangangan khusus. Menurut Tri, kondisi tersebut mengharuskan putri ketiganya itu dirujuk ke RSCM. Sebelumnya, Akilah dirawat di RSUD Lampung, yang peralatan medisnya kurang memadai.
"Saya sudah dapatkan surat rujukan dari RS di Lampung untuk berobat, karena mungkin di sana alatnya kurang jadi disuruh ke sini. Kita sudah berikan surat kepada pihak RSCM," kata pria yang bekerja sebagai teknisi service handphone tersebut.
Sudah sembilan hari Akilah dirawat di IGD RSCM. Setelah dokter melakukan observasi, hasilnya, Akilah hanya dirujuk sebagai pasien rawat jalan.
"Saya dikasih tahu biayanya Rp 750 juta dan katanya disuruh rawat jalan karena sudah diberikan tindakan observasi yakni tindakan infusi dan obat dan lain-lain," tuturnya.
Tri lemas mendengar itu. Dia tidak menyangka rumah sakit malah meminta putrinya segera keluar dari rumah sakit. RSCM tidak memberikan rawat inap, kata dia, karena ruangan penuh.
Tidak hanya itu, pihak rumah sakit pun merujuk ke rumah penginapan di area RSCM. Namun, dirinya menolak dengan alasan takut kondisi kesehatan Akilah berkontaminasi dengan pasien lain.
Tri mengungkapkan kesedihannya atas tindakan dari RSCM. Sang istri pun sempat menurun kesehatannya karena memikirkan nasib Akilah yang entah harus dibawa ke mana. Rumah sakit akhirnya memberikan ruangan sementara untuk Akilah, ruangan rawat inap bedah anak BCh.
"Saya bingung, kita sudah nunggu beberapa jam. Istri saya sampai pingsan karena melihat kondisi anak saya. Akhirnya dikasih juga walaupun di ruang perawatan bedah anak," ungkapnya.
Mengenai biaya, saat ini mereka masih menggunakan asuransi kesehatan dari pemerintah. Namun, tidak semua dibayar Jamkesmas. Jamkesmas hanya membantu sebesar 200 juta.
Kondisi Akilah, kata Tri, saat ini masih dalam perawatan dokter. Belum ada tindakan operasi. Menurutnya, dokter masih menunggu perut Akilah mengempis dan berat badannya bertambah.
Saat ini, berat badan Akilah hanya 6,9 kg. Jika perutnya mengempis, beratnya hanya 4 kg saja. "Mengecilkan perut butuh proses satu bulan dan tidak boleh menggunakan obat ataupun disedot karena membahayakan," ujarnya.
Akilah mengidap penyakit kelainan hati yang menyebabkan perutnya membuncit sejak berusia satu bulan. Tubuhnya terlihat berwarna kuning.
"Waktu umur sebulan kulitnya kuning, saya jemur enggak ilang-ilang. Saya cuma ke bidan aja," katanya.
Ketika Akilah berumur tiga bulan, kulitnya semakin menguning, dan langsung dibawa ke dokter spesialis kulit. Namun karena obat mahal, Tri membawanya ke tempat pengobatan alternatif.
Menginjak usia sembilan bulan, perut Akilah semakin membengkak. Tri kemudian memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit daerah tersebut. Hingga akhirnya, RSUD setempat merujuk Akilah ke RSCM.
"Saya harus bisa berikan yang terbaik untuk kesembuhan anak saya," ujarnya dengan hati tegar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.