Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Sebut Ada Oknum Main "Sandiwara" di Waduk Pluit

Kompas.com - 16/12/2013, 14:04 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menengarai banyaknya "sandiwara" di Waduk Pluit. Mengapa demikian? Sebab, tak jarang ketika Pemprov DKI baru akan membongkar lahan Waduk Pluit, banyak warga, seperti ibu-ibu dan anak-anak, yang meminta belas kasihan agar DKI tak jadi membongkar bangunan-bangunan liar di sana.

"Semua mau dibongkar, tapi banyak oknum yang malah kirim orang, pintar main sandiwara aja. Bilang aja Ahok yang tidak manusiawi, bukan wagub," tegas Basuki di Balaikota Jakarta, Senin (16/12/2013).

Ia mempersilakan jika Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) membela warga Taman Burung, Waduk Pluit. Menurutnya, warga yang terkena dampak positif normalisasi Waduk Pluit, dari yang banjir menjadi tidak terkena banjir, maka akan menilai sikap Pemprov DKI manusiawi. Sementara yang memiliki kepentingan terselubung di lahan negara itu, maka akan menuding Pemprov DKI tidak manusiawi.

Basuki menegaskan, Pemprov DKI tidak asal membongkar karena Pemprov DKI juga memberikan tempat relokasi, yaitu rumah susun. Bahkan, program normalisasi Waduk Pluit itu telah disampaikannya sejak satu tahun yang lalu dan menjadi program prioritas.

Saat itu pula, Pemprov DKI telah menginstruksikan warga yang tinggal di bangunan liar untuk segera mengosongkan lahan negara dan pindah ke rusun yang telah disediakan. "Tapi mereka bandel dan tidak mau menurut. Ya, sudah," kata Basuki.

Para oknum yang membawa ibu-ibu dan anak-anak sebagai senjata dalam menghadang relokasi, menurut Basuki, adalah mereka yang memiliki tujuan politis atau kepentingan di lahan negara tersebut.

Basuki berandai-andai, nantinya ia dapat merampok sebuah bank dan membawa ibu dan anak-anak agar ia tidak ditangkap polisi. Dengan demikian, saat ditangkap polisi, masyarakat akan merasa iba.

Alumnus Universitas Trisakti itu kemudian menjelaskan, warga yang masih belum "dibersihkan" bangunan liarnya adalah warga Waduk Pluit di sisi timur. Mereka masih bertahan karena belum tersedianya rusun memadai dengan kapasitas yang besar. Warga Waduk Pluit timur juga menginginkan agar DKI membangun unit rusun lebih banyak di Rusunawa Muara Baru. Sebab, mereka tidak ingin memiliki tempat tinggal baru yang jauh dengan mata pencarian sekarang.

"Sekarang lagi dibangun yang baru di Muara Baru. Kalau rusun itu sudah jadi, bangunan liar yang di rumah pompa juga akan kami bongkar kok," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Keberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Keberatan

Megapolitan
Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com