Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kosongnya Ruang Kerja Tim Penasihat Jokowi-Basuki

Kompas.com - 06/03/2014, 09:11 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Masih ingat dengan tujuh mantan Kepala Dinas dan Kepala Badan DKI yang digabung menjadi satu dalam jabatan fungsional, Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP)? Setelah dilantik Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pada 12 Februari 2014 lalu, bagaimana kinerja para anggota TGUPP?

TGUPP digawangi oleh mantan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto yang menjadi Kepala TGUPP. Tim itu beranggotakan mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono, mantan Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Unu Nurdin, mantan Kepala Dinas Komunikasi Informasi Masyarakat Sugiyanta, mantan Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta Ipih Ruyani, mantan Kepala Dinas Sosial Kian Kelana, dan mantan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) DKI Jakarta Zaenal Mussapa.

Ketujuh anggota TGUPP berkantor di lantai 5 Blok G, Balaikota. Berbeda dengan ruang kerja mereka yang besar kala menjabat sebagai kepala dinas, ruang kerja yang baru hanya berbentuk ruang rapat berukuran sekitar 6 x 7 meter dengan meja letter U, sekitar 3 x 1,5 meter.

Tak ada ruangan khusus dan pribadi untuk mereka. Tak ada sekat yang memisahkan antar-satu anggota dengan anggota lainnya. Saat wartawan berkunjung, ruangan tersebut sepi. Hanya staf pengamanan dalam (pamdal) dan staf TGUPP, Mukti, yang berjaga di ruangan tersebut. Ruang kerja mereka dipergunakan untuk istirahat dan melepas penat para pekerja. Ada yang tertidur di kolong meja dan jejeran kursi yang mengelilingi meja.

"Ini masih ruangan sementara saja, kok. Nanti rencananya pakai ruangan khusus di lantai 3, atas ruangan Wagub," kata Mukti kepada wartawan, di ruang TGUPP, Balaikota Jakarta, Rabu (5/3/2014).

Ruangan TGUPP itu sebelumnya digunakan sebagai ruang rapat Deputi Gubernur. Layaknya ruang rapat, terdapat meja yang dikelilingi puluhan kursi dengan tiga kursi berada di tengah. Tidak terlihat alat kerja seperti komputer, laptop, dan sebagainya.

Di meja pun tidak ada berkas-berkas maupun data. Yang tertinggal hanya sebuah mikrofon, tempat pensil, sekotak tisu, dan kliping koran Ibu Kota. Ruang kerja itu juga dilengkapi dispenser air minum, sound system, meja kecil, proyektor, serta foto Gubernur Jokowi dan Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama.

Mukti menjelaskan, anggota TGUPP bekerja untuk menindaklanjuti disposisi Wagub. Setiap harinya, mereka mengadakan pertemuan dengan jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) DKI. Ia juga menampik kalau tim ini merupakan tim "buangan" para kadis "bermasalah" yang dibentuk Jokowi-Basuki.

"Saya bilang, tim ini seperti dua mata pisau. Mereka (TGUPP) ini yang berperan penting mengawasi kinerja SKPD dan kemudian dilaporkan ke Gubernur serta Wagub," kata Mukti.

Pembentukan TGUPP ini berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta tahun 2014, yang ditetapkan pada (11/2/2014) tentang Pengangkatan TGUPP. Ada perbedaan lain saat mereka menjabat kepala dinas dan menjadi anggota TGUPP. Apabila dulu mereka memiliki kebijakan dan mengelola anggaran hingga triliunan rupiah, kini anggaran TGUPP berada di bawah pos Bappeda DKI.

Kepala BKD DKI Jakarta I Made Karmayoga mengatakan, ketujuh anggota TUGPP ini memiliki keistimewaan untuk langsung berhubungan langsung dengan gubernur atau wagub. Sebab, kepala dinas, asisten, dan pejabat eselon II setingkatnya harus melalui sekda terlebih dahulu, sebelum ke gubernur.

Tim ini merupakan posisi strategis meski non-struktural. Mereka juga masih memiliki peluang dipromosikan ke jabatan struktural. Dalam Pergub Nomor 83 Tahun 2013 tentang Pengangkatan TUGPP, mereka memiliki tugas membantu gubernur dan wagub dalam menyusun tata cara, mekanisme monitoring, dan evaluasi pelaksanaan pembangunan program unggulan gubernur.

Tugas mereka juga menyusun kriteria, tata cara, dan mekanisme penilaian kinerja SKPD/UKPD pelaksana program unggulan gubernur. Memberi masukan, saran, dan pertimbangan kepada gubernur dan wagub untuk keberhasilan pelaksanakan program unggulan, menerima, dan menindaklanjuti masukan dan saran masyarakat kepada gubernur terkait kegiatan dengan pelaksanaan pembangunan oleh SKPD/UKPD serta memberikan penilaian kinerja enam bulanan dan tahunan SKPD/UKPD dan melaporkan hasilnya kepada gubernur dan wagub.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com