Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tunjangan Kinerja Daerah PNS DKI Bikin Cemburu

Kompas.com - 14/04/2014, 10:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) Pemprov DKI Jakarta berharap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo merevisi Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) agar tidak menimbulkan cemburu dan iri antar PNS. Sebab, Pergub itu mengistimewakan sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dengan TKD.

"Kalau dibilang risiko tinggi, saya rasa kami juga berisiko tinggi. Mengatur kemacetan risiko ditabrak mobil, tertibkan parkir dengan cabut pentil, risiko juga," kata salah satu petugas Suku Dinas Perhubungan (Sudinhub) Jakarta Pusat yang enggan disebut namanya, Minggu (13/4/2014).

Ia mengatakan, Dishub DKI sangat kekurangan personel. Ketika personel Satpol PP dipindah ke Dishub, mereka tidak mau karena tidak ada tambahan.

"Kalau Pemadam Kebakaran dan Satpol PP okelah, mungkin risikonya tinggi. Tapi kalau Dinas Komunikasi, Informatika dan Humas (Kominfomas) apa risikonya? Mereka dapat tunjangan kinerja daerah lebih. Dibilang iri, ya saya iri, campur kesal," katanya.

Pergub TKD beberapa kali diubah pada era Fauzi Bowo, pada tahun 2009 hingga tahun 2012. Sedangkan Gubernur DKI Joko Widodo baru sekali membuat Pergub TKD, yakni Pergub Nomor 59 Tahun 2013. Pergub yang dikeluarkan Jokowi ini mengatur TKD bagi pegawai negeri sipil di Puskesmas. Pergub ini juga memuat pemotongan jika pegawai negeri sipil merokok di ruang kerja.

Sistem baru

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, pemprov sedang merancang sistem pemberian TKD yang baru. TKD baru berdasarkan kuantitas pekerjaan. TKD model baru ini bisa mendorong pegawai pemprov bekerja melayani masyarakat sebaik mungkin.

"Nanti TKD dihitung berdasarkan pekerjaan yang menjadi tupoksinya berhasil diselesaikan dalam kurun waktu sebulan," kata Ahok.

Ahok mendorong semua PNS melayani masyarakat. "Kalau mau melayani masyarakat, dapat poin yang akan dihitung dengan duit. Kami inisiatif seperti itu, tidak lagi PGPS (pintar goblok penghasilan sama)," ujarnya. (sab)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com