Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usulan Pengguna Anggaran Tidak Lengkap

Kompas.com - 04/05/2014, 09:39 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sebagian besar ratusan proposal lelang dari pengguna anggaran ditolak. Pasalnya, proposal yang diajukan itu tidak lengkap. Akibatnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini dalam kondisi darurat serapan anggaran.

Sampai awal Mei ini, serapan belanja modal 0,06 persen dari total anggaran Rp 72 triliun yang terserap. Kenyataan ini disebabkan oleh buruknya perencanaan program pengguna anggaran.

Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa DKI Jakarta I Gede Dewa Sony mengatakan, hingga awal Mei ini hanya 18 paket proposal lelang yang bisa diproses. ”Padahal, paling tidak ada 7.000 paket yang harus dilelang di ULP,” kata Sony, Jumat (2/5), di Jakarta.

Persoalan yang dihadapi kuasa pengguna anggaran saat ini umumnya terkait mekanisme lelang. Jika sebelumnya bisa dilelang di setiap SKPD dan UKPD, kini pelelangan hanya bisa dilakukan di ULP. Syarat pelelangan pun kini lebih detail disertai rincian harga penawaran sementara. ”Untuk menghindari permainan anggaran, memang sekarang harus lebih rinci,” kata Sony.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta Andi Baso mengingatkan kondisi saat ini sedang darurat. ”Perlu langkah cepat menyerap anggaran ini. Tolong segera diajukan pengajuan lelang barang dan jasa. Batas akhir pendaftaran pelelangan ini sampai 16 Mei,” kata Andi Baso.

Sementara terkait anggaran yang kemungkinan tidak terserap, Andi meminta SKPD dan UKPD agar cepat melaporkannya ke Bappeda. Anggaran tersebut akan dialihkan ke program lain yang lebih membutuhkan dan memungkinkan.
Tidak santai

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengingatkan agar semua SKPD dan UKPD tidak santai. Sebab, tahun ini jumlah anggaran yang harus diserap sangat besar, yakni Rp 72 triliun.

Jokowi mengatakan, anggaran tersebut harus dipertanggungjawabkan untuk kepentingan masyarakat luas. ”Saya ingatkan agar jangan main-main dengan anggaran,” kata Jokowi.

Terkait minimnya serapan tersebut, Ketua Badan Anggaran DPRD DKI Jakarta Triwisaksana menyarankan Pemprov DKI mengoreksi kinerja tim anggaran di internal mereka. DPRD telah mengesahkan APBD DKI Jakarta tahun 2014 pada bulan Maret.

Menurut Triwisaksana, serapan anggaran rendah disebabkan kerja ULP yang belum optimal. ULP dibuat terburu-buru sehingga sampai saat ini sumber daya manusianya tidak memadai.

”Ada sekitar 50.000 unit anggaran dalam APBD. Hanya 20-30 persen di antaranya yang bisa diadakan lewat mekanisme e-catalog. Selebihnya harus dengan tender melalui ULP. Sementara di ULP hanya ada 120 personel. Tentu tidak memadai untuk mengurusi mata anggaran sebanyak itu,” ujar Triwisaksana. Dia khawatir, sisa lebih penggunaan anggaran tahun ini lebih besar dari tahun lalu. (FRO/NDY/MDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemkot Jaksel Diminta Tindak Tegas Dua Restoran di Melawai yang Dianggap Sebabkan Kegaduhan

Pemkot Jaksel Diminta Tindak Tegas Dua Restoran di Melawai yang Dianggap Sebabkan Kegaduhan

Megapolitan
Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Megapolitan
Pemkot Jaksel Sidak Dua Restoran di Melawai yang Dikeluhkan Warga Sebabkan Parkir Liar

Pemkot Jaksel Sidak Dua Restoran di Melawai yang Dikeluhkan Warga Sebabkan Parkir Liar

Megapolitan
Senangnya Laim, Tak Perlu Lagi Timba Air 40 Liter di Sumur Tua Hutan Setiap Hari

Senangnya Laim, Tak Perlu Lagi Timba Air 40 Liter di Sumur Tua Hutan Setiap Hari

Megapolitan
Kesaksian Jemaat soal Perselisihan Penggunaan Gereja di Cawang yang Berujung Bentrok

Kesaksian Jemaat soal Perselisihan Penggunaan Gereja di Cawang yang Berujung Bentrok

Megapolitan
Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Megapolitan
PPDB 'Online' Diklaim Efektif Cegah Adanya 'Siswa Titipan'

PPDB "Online" Diklaim Efektif Cegah Adanya "Siswa Titipan"

Megapolitan
Putusan Bawaslu: Dharma Pongrekun-Kun Wardana Boleh Perbaiki Berkas Pencalonan Pilkada Jakarta

Putusan Bawaslu: Dharma Pongrekun-Kun Wardana Boleh Perbaiki Berkas Pencalonan Pilkada Jakarta

Megapolitan
Polisi Identifikasi Provokator Pembakar Panggung Konser Lentera Festival Tangerang

Polisi Identifikasi Provokator Pembakar Panggung Konser Lentera Festival Tangerang

Megapolitan
Kapolres Depok Bakal Razia Ponsel Anggotanya demi Cegah Judi Online

Kapolres Depok Bakal Razia Ponsel Anggotanya demi Cegah Judi Online

Megapolitan
Warga Melawai Keluhkan Kegaduhan Aktivitas Restoran dan Parkir Liar di Sekitar Permukiman

Warga Melawai Keluhkan Kegaduhan Aktivitas Restoran dan Parkir Liar di Sekitar Permukiman

Megapolitan
Tak Perlu Lagi ke Sumur Tua, Warga Desa Lermatang Akhirnya Bisa Merasakan Air Bersih Bantuan Kemensos

Tak Perlu Lagi ke Sumur Tua, Warga Desa Lermatang Akhirnya Bisa Merasakan Air Bersih Bantuan Kemensos

Megapolitan
Aksi Teatrikal Demo Tolak Tapera Aliansi BEM Bogor, Tampilkan Karikatur Jokowi dan Tabur Bunga

Aksi Teatrikal Demo Tolak Tapera Aliansi BEM Bogor, Tampilkan Karikatur Jokowi dan Tabur Bunga

Megapolitan
Aksi Dina Ukur Jarak Rumah ke SMA Depok Pakai Meteran, Terpaut 120 Meter tapi Anaknya Tak Lolos PPDB

Aksi Dina Ukur Jarak Rumah ke SMA Depok Pakai Meteran, Terpaut 120 Meter tapi Anaknya Tak Lolos PPDB

Megapolitan
PPDB Jalur Zonasi, Ketua Posko Wilayah 2 Jaksel: Calon Siswa Minimal Harus Tinggal 1 Tahun

PPDB Jalur Zonasi, Ketua Posko Wilayah 2 Jaksel: Calon Siswa Minimal Harus Tinggal 1 Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com