Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debat Capres Membawa Berkah

Kompas.com - 25/06/2014, 09:27 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, para pengusaha sablon di Pasar Senen, Jakarta Pusat, kebanjiran pesanan. Seorang pengusaha kaus sablon, Anto (39), mengakui, pesanan kaus, kemeja, topi, sampai bros meningkat seusai debat capres pertama pada Senin (9/6/2014) lalu.

"Awalnya, pada mesen pas nomor urut keluar, terus habis debat capres pesanan nambah," kata Anto di Pasar Senen Jaya Blok I lantai I, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2014).

Anto mengatakan, ada perubahan signifikan terhadap pemesanan atribut pilpres lainnya. Seusai Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan nomor urut pasangan capres-cawapres, kata Anto, simpatisan mulai berdatangan memesan kaus dan atribut lain ke tokonya.

Saat itu, kata Anto, pemesanan kaus lebih condong ke capres-cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sekitar 10.000 buah kaus pesanan mulai didapatnya. Namun, setelah KPU mengadakan debat capres-cawapres pertama kalinya, ia kebanjiran pesanan dari pendukung capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

"Dulu mah Jokowi-JK masih banyak, nah sekarang beberapa 'lari' ke Prabowo. Beda sih pesanannya sekarang, variasi dan lebih jumlahnya. Lumayan pendapatan bisa Rp 5 juta sehari," kata Anto sambil menyablon baju.

Anto mengatakan, sampai hari ini kaus pilpres Prabowo-Hatta sudah mencapai 30.000 buah. Ia mengatakan, kebanyakan pemesan datang dari luar kota, seperti Purwokerto dan Makassar.

Untuk penjualan kaus putih dengan sablon full colour, ia memasang harga Rp 10.000 per kaus, sedangkan untuk kemeja dibanderolnya dengan harga Rp 70.000. Selain menjual kaus dan kemeja, ia juga menerima pesanan topi, pin, dan bros dengan masing-masing harga Rp 20.000, Rp 25.000, dan Rp 2.000.

Hal senada juga dikatakan pedagang kaus di Blok III yang sedang menempati tempat penampungan sementara di Blok V, Ani (33). Debat capres membuat penjualan di kiosnya meningkat. Pesanan kaus Joko Widodo-Jusuf Kalla menjadi yang terbanyak dipesan para simpatisan keduanya.

"Penjualan baju Jokowi-JK ada, tapi yang Prabowo malah dikit banget. Dari luar kota banyak juga yang pesan di sini," ucap Ani.

Ani menerima pesanan kaus polos ilustrasi sablon seharga Rp 17.500 per kaus dengan ketentuan pesanan minimal 1.000 potong. Kaus dengan kualitas lainnya seharga Rp 20.000 per kaus dengan syarat pesanan minimal 500 potong.

Hingga saat ini, lanjut Ani, telah ada pesanan kaus sampai 30.000 potong. Pesanan ini belum disertai kemeja kotak-kotak khas Jokowi dan kemeja polos yang sering dikenakan Jokowi-JK.

"Di sini kombinasi. Kadang ada yang pesan kotak-kotak, tapi lagi banyak pesan kemeja polos putih. Kalau kaus biasanya dari partai atau simpatisan lain," ujar Ani.

Ani mengaku, beberapa pendukung Jokowi-JK yang memesan baju datang dari berbagai penjuru kota. Ada pemesan dari Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, dan ada pula yang dari Aceh. Ani mengatakan, ada juga anggota DPR dari Partai Bulan Bintang yang sudah jelas berkoalisi dengan Prabowo-Hatta memesan sampai 5.000 potong.

Pantauan Kompas.com, di Blok I dan Blok II pada lantai I dan II terpajang kaus-kaus dan kemeja yang menggambarkan kedua pasangan capres-cawapres 2014. Terlihat pula kios-kios sablon dengan tumpukan kaus pesanan pembeli, topi, serta pin yang mengandung pesan mendukung kedua pasangan capres-cawapres tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com