Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fitra: Hanya Orang Kaya Raya yang Diizinkan Ahok Tinggal di Jakarta

Kompas.com - 16/10/2014, 15:51 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Uchok Sky Khadafy, menuding saat ini Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama, yang sebentar lagi akan naik jabatan menjadi gubernur, sedang berupaya "mengusir" orang-orang berpenghasilan menengah ke bawah dari Jakarta.

Hal itu disampaikan Uchok menanggapi nilai pajak bumi dan bangunan (PBB) sebesar 120-240 persen yang saat ini berlaku di DKI Jakarta. Ia menganggap nilai tersebut tidak manusiawi dan menganggapnya sebagai bentuk aksi pengusiran yang hendak dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap warga menengah ke bawah. [Baca: Ahok: Intinya, di Jakarta Tidak Boleh Mengemis]

"Warga Jakarta yang tidak punya banyak duit dan hidup sederhana dipaksa pindah dan hijrah dari rumah yang mereka miliki. Hanya orang-orang kaya raya yang boleh diizinkan oleh Ahok tinggal di Jakarta," kata Uchok kepada Kompas.com, Kamis (16/10/2014).

"Ahok sedang berupaya menyaring mana warga yang boleh tinggal di Jakarta, dan mana yang tidak boleh. Intinya, jangan tinggal lagi di Jakarta kalau tidak punya duit atau bayar pajak kepada pemerintahan Ahok," ujar dia.

Uchok menilai, kenaikan pajak sejauh ini tak berdampak pada pembangunan, terutama dalam perbaikan infrastruktur. Terbukti, kata dia, masih banyak halte, jembatan penyeberangan, trotoar, maupun angkutan umum yang sampai saat ini tak kunjung dibenahi setelah dua tahun era pemerintahan Joko Widodo dan Ahok.

Terlebih lagi, kata dia, dalam dua tahun terakhir, pemerintahan Jokowi-Ahok selalu mengalami dua masalah terkait anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), yakni keterlambatan pengesahan APBD dan penyerapannya yang rendah.

"Lihat saja memasuki triwulan keempat (Oktober-Desember) tahun anggaran 2014, realisasi penyerapan APBD DKI Jakarta 2014 baru mencapai 30 persen. Ini sungguh memalukan," ujar dia.

Atas dasar itulah, Uchok menuding kenaikan PBB di Jakarta merupakan kebijakan Pemprov DKI yang ditunggangi para pengusaha properti agar dapat menguasai tanah-tanah di Jakarta.

"Ada satu RW yang tidak sanggup bayar PBB yang begitu tinggi dan mahal, maka luas tanah satu RW itu akan dibeli oleh pengusaha untuk pembangunan properti. Jadi, kebijakan kenaikan pajak PBB yang tersembunyi lebih merupakan kepentingan pengusaha agar dapat menguasai tanah warga Jakarta," ucap Uchok.

Tingginya PBB di DKI Jakarta pada tahun ini merupakan akibat dari penyesuaian nilai jual obyek pajak (NJOP) yang ditetapkan Pemprov DKI. Kenaikan NJOP di Jakarta bervariasi disesuaikan dengan lokasi wilayah, mulai dari 120 persen hingga 240 persen.

Kepala Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI Jakarta Iwan Setiawandi mengatakan, Jokowi menginginkan PBB menjadi sektor pajak daerah yang menjadi unggulan. Jokowi, kata Iwan, mengubah besaran NJOP karena selama empat tahun, NJOP tidak naik.

Besaran NJOP yang tetap dalam empat tahun tidak sesuai dengan fakta bahwa harga pasar sudah melonjak cukup signifikan. "Kenaikan NJOP berakibat kenaikan PBB, bagi yang keberatan, bisa mengajukan permohonan keringanan. Namun, sebenarnya NJOP yang baru masih di bawah harga pasar sesungguhnya di lapangan," ujar Iwan pada Maret 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com