Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendekatan Psikologi dalam Menata Lalu Lintas

Kompas.com - 06/11/2014, 14:15 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Tingginya angka kecelakaan lalu lintas dari tahun ke tahun membuat Guritnaningsih, Guru Besar Bidang Ilmu Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia gelisah. Dia bertekad mengungkap ada apa di balik fakta memprihatinkan itu.

”Ada sejumlah pendekatan yang bisa dipakai mengkaji perilaku pengemudi di Indonesia, yaitu perspektif kognitif, perspektif kepribadian, dan perspektif sosial,” kata Guritnaningsih saat menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Psikologi UI berjudul ”Psikologi Lalu Lintas; Perkembangan, Tantangan, dan Peluang,” di Depok, Jawa Barat, Rabu (5/11).

Menurut dia, mengemudi tak bisa dilakukan secara sembarangan. Mengemudi terkait dengan faktor dalam diri pengemudi yang kemudian menentukan perilaku mengemudi. Aktivitas ini juga terkait situasi sosial yang sedang berlangsung.

Dia membagi perilaku pengemudi di jalanan itu dalam tiga kelompok. Yang pertama adalah kelompok pengabaian risiko potensial (negligence of potential risk). Masuk dalam kategori ini adalah pengemudi yang punya kebiasaan tak menyalakan lampu sein ketika berbelok, tancap gas ketika lampu kuning menyala, dan menyalip kendaraan lain dengan posisi yang terlalu mepet.

Kelompok perilaku berikutnya adalah pelanggaran (violation), yaitu mengemudi dalam keadaan mabuk, melawan arus lalu lintas, menerobos lampu merah, dan memacu kendaraan di atas kecepatan maksimum yang diizinkan.

Kelompok terakhir adalah pengabaian pemeriksaan kendaraan (negligence of vehicle examination), yaitu mereka yang mengabaikan pemeriksaan kondisi kendaraan secara berkala, antara lain pemeriksaan fungsi rem, ban, dan fungsi lampu.

Dari tiga kelompok perilaku itu, berdasarkan hasil penelitian Guritnaningsih, sebagian besar pengemudi kendaraan di Indonesia masuk dalam golongan pertama dan kedua.

Kondisi sadar

Ironisnya, pengemudi melakukan itu dalam kondisi sadar dengan berbagai alasan praktis. Berbagai perilaku berbahaya ”dimaklumi” karena dilakukan secara beramai-ramai. ”Ketika seorang pengendara sepeda motor berhasil menerobos lampu merah dengan selamat tanpa ditangkap polisi, pengendara lain cenderung mengikuti,” kata Guritnaningsih.

Peneliti kelahiran Jakarta, 61 tahun lalu ini, menyebutkan, ada sejumlah tantangan yang harus dijawab pihak berkepentingan. Tantangan pertama adalah mengatasi stres pengemudi karena macet, polusi udara, dan tak adanya sistem penataan kota yang jelas.

Tantangan kedua adalah rendahnya kesadaran mematuhi aturan lalu lintas dan penegakan hukum yang tak dijalankan secara efektif.

Guru besar ke-289 UI ini juga mengkritik penataan sistem transportasi selama ini yang belum banyak menggunakan perspektif psikologi. Tak mengherankan jika banyak sarana pendukung lalu lintas tak dimanfaatkan maksimal, seperti jembatan penyeberangan orang, halte bus, dan tempat putaran kendaraan.

Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, membenarkan pendekatan nonteknis jarang dipakai menata sistem transportasi. Padahal, pendekatan sosial harus didahulukan sebelum pendekatan teknis. (Andy Riza Hidayat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Megapolitan
Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Megapolitan
Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Megapolitan
Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Megapolitan
Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com