Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Jangan Mengimbau jika Tak Beri Pilihan

Kompas.com - 09/01/2015, 08:49 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Imbauan dari kepolisian yang meminta warga agar menggunakan kendaraan pribadi hanya pada akhir pekan dinilai belum tepat diterapkan saat ini. Imbauan ini muncul di tengah pemerintah gencar memperluas pelarangan terhadap sepeda motor di jalur tertentu.

Hal tersebut dianggap tidak tepat karena warga saat ini tidak punya pilihan atau solusi untuk beralih dari kendaraan pribadi. Pasalnya, transportasi umum dinilai belum dibenahi atau disediakan dengan baik oleh pemerintah.

"Saya kira kalau kita tidak bisa menyediakan pilihan, jangan mengimbau ya. Ini kan hak manusia untuk melakukan perjalanan," kata pengamat transportasi Danang Parikesit, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/1/2015) pagi.

Danang mencontohkan, konsep pada penataan kota yang berkelanjutan tumpuannya yakni pada angkutan umum. Menurut dia, kota atau negara-negara di luar memulai penataannya dari pembenahan pada sisi transportasi publik. Misalnya, kata Danang, di Singapura, Taipe, dan Seoul (Korea Selatan).

Pemerintah kota atau negara tersebut, menurut dia, terus mendorong perkembangan kemajuan transportasi umumnya. Setelah itu, baru dimunculkan skema untuk mengurangi ketergantungan warga terhadap kendaraan pribadi.

"Bahkan kalau bicara Singapura, pengenalan ERP baru dikenalkan setelah MRT Singapura selesai fase pertama, sehingga masyarakatnya tidak dirugikan," ujar Danang.

Karena itu, menurut dia, pelarangan penggunaan kendaraan pribadi tanpa didahului pembenahan transportasi umum adalah kebijakan yang buruk. Sehingga, dirinya menilai, imbauan kepolisian untuk warga agar menggunakan kendaraan pribadi di akhir pekan dan tanggal merah tidak tepat untuk situasi pada saat ini.

"Artinya kalau wacana pengurang penggunaan kendaraan pribadi di hari Rabu, Sabtu, Minggu, atau hari libur, itu teman-teman di kepolisian dan di pemerintah daerah tidak boleh melihat dirinya sendiri," ujar Danang.

"Paling bagus kan orang enggak usah pergi ke mana-mana. Jadi jalanan kosong saja kan lebih enak. Tapi apa itu menjadi solusi? Kan tidak. Masyarakat harus tetap melakukan mobilitasnya," kata Danang.

Ia menambahkan, jika transportasi sudah dibenahi, barulah tepat untuk memunculkan skema untuk mengurangi ketergantungan warga terhadap kendaraan pribadi. "Berikan pilihan dulu kepada masyarakat, baru melakukan pelarangan," ujar Danang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com