Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov DKI Jaring Aspirasi Operator APTB

Kompas.com - 13/01/2015, 14:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Dinas Perhubungan DKI Jakarta berencana memanggil semua operator angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta pekan ini. Langkah ini ditempuh untuk menjaring aspirasi operator terkait rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengintegrasikan pengelolaannya ke PT Transjakarta.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Benjamin Bukit, Senin (12/1/2015), mengatakan, selain enam operator yang mengoperasikan bus-bus APTB di 17 lintasan, pihaknya mengundang Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) dalam pertemuan itu. Tujuannya mencari solusi atas rencana pengintegrasian APTB.

Dalam beberapa kesempatan, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan keinginannya mengintegrasikan APTB dengan bus transjakarta. Harapannya, moda angkutan dari wilayah di sekitar Jakarta itu benar-benar terintegrasi dengan bus transjakarta. Pengguna tak perlu membayar dua kali dan mendapat pelayanan lebih baik.

Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia Yoga Adiwinarto berpendapat, integrasi merupakan solusi utama membenahi transportasi umum Ibu Kota Jakarta. Selain memperbaiki layanan, integrasi perlu untuk melipatgandakan daya angkut bus sebagai angkutan massal. Selama ini dinas perhubungan seolah tak berdaya atas tumpang tindihnya trayek angkutan di lapangan.

Koordinator Suara Transjakarta David Tjahjana mengatakan, Pemprov DKI Jakarta sebaiknya berkoordinasi juga dengan Pemda sekitar untuk mencari solusi terhadap keberadaan angkutan perbatasan yang akan diintegrasikan dengan transjakarta.

Dia mengusulkan, bus-bus yang selama ini digunakan untuk APTB, bisa beroperasi di jalur koridor transjakarta pada jam- jam sibuk. Operasional bus APTB di koridor transjakarta ini dibayar oleh PT Transportasi Jakarta dengan penghitungan rupiah per kilometer.

Penumpang transjakarta yang naik bus APTB di koridor transjakarta tidak perlu lagi mengeluarkan ongkos ekstra. Penumpang menggunakan APTB hingga ke luar Jakarta dikenai ongkos tambahan. Pemotongan biaya tambahan APTB ini sebaiknya juga dilakukan dengan uang elektronik.

Di luar jam sibuk, operasional APTB dibatasi hingga halte-halte terluar. Penumpang yang melanjutkan perjalanan dengan transjakarta harus berganti bus.

Secara terpisah, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi tidak mempersoalkan langkah Pemprov DKI Jakarta menghapus APTB dan mengintegrasikan pengelolaannya ke PT Transjakarta. Hal yang terpenting, kata Rahmat, DKI Jakarta tetap menjamin pengoperasian transportasi yang terkoneksi dengan kota penyangga, seperti Bekasi. (ART/ILO/MKN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com