Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djarot Enggan Buka Nama PNS DKI yang Diduga Gunakan Morfin

Kompas.com - 13/01/2015, 16:54 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menegaskan bahwa pihaknya tidak akan membuka informasi mengenai nama-nama pejabat DKI eselon III dan IV yang diduga menggunakan morfin.

"Tak semua harus diungkap di publik karena semua terkait nama baik dan masa depan seseorang. Kecuali kalau dia tertangkap tangan," kata Djarot di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (13/1/2015).

Djarot mengatakan, Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi DKI Jakarta saat ini sedang melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap para pejabat tersebut, yang berjumlah 13 orang. Pemeriksaan dilakukan terhadap rambut dan darah.

Djarot mengatakan, pemeriksaan terhadap rambut dan darah jauh lebih akurat ketimbang pemeriksaan terhadap urine. Sebab, kata dia, kandungan zat yang terkandung di dalam urine biasanya hanya mampu bertahan 2 x 24 jam.

"Kalau dari rambut, 1-2 tahun yang lalu, kalau memang dia pemakai, masih bisa ketahuan," kata Djarot.

Djarot menjelaskan, pemeriksaan lanjutan terhadap 13 pejabat itu akan dilakukan secara mendalam. Sebab, kalaupun pemeriksaan membuktikan bahwa para pejabat tersebut memang menggunakan morfin, maka bukan berarti mereka bisa dicap sebagai pengguna narkoba. Djarot mengungkapkan, morfin yang dikonsumsi bisa saja berasal dari obat-obat yang biasa beredar di pasaran.

Menurut Djarot, hal itu pernah terjadi saat partainya, PDI Perjuangan, melakukan tes uji kelaikan calon anggota legislatif tingkat DPRD DKI pada Pemilu 2014 lalu. "Saya pernah lakukan tes untuk caleg DPRD DKI. Waktu itu ada delapan orang yang kena. Setelah didalami, yang positif hanya dua orang. Sisanya karena konsumsi jenis obat yang sifatnya penenang," ujar dia.

Pemprov DKI, kata Djarot, melalui Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) telah menyiapkan sanksi dari level ringan hingga berat yang nantinya akan diterapkan sesuai dengan hasil pemeriksaan dari BNN.

Informasi mengenai 13 pejabat DKI yang terindikasi menggunakan morfin diketahui setelah BNN Provinsi DKI Jakarta mengadakan tes urine secara mendadak seusai Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melantik sekitar 4.800 pejabat eselon II, III, dan IV di Lapangan Monas, 2 Januari lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com