Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kini Tidak Ada Lagi "Pintar Goblok Pendapatan Sama"

Kompas.com - 26/01/2015, 15:08 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pegawai negeri sipil (PNS) DKI Jakarta kini dituntut untuk bekerja lebih giat lagi. Sebab, sistem kenaikan gaji dari tunjangan kinerja daerah (TKD) dinamis menentukan apakah seorang PNS layak mendapatkan gaji besar atau tidak.

Indikator untuk memberikan gaji besar atau tidak dilihat dari kinerja PNS di bidangnya masing-masing. Apabila seorang PNS bekerja di Dinas Perhubungan, maka salah satu penilaian kenaikan gaji, misalnya, dari seberapa banyak orang tersebut menertibkan mobil angkot yang mengetem sembarangan.

"Dengan digaji tinggi, harapannya kinerja mereka bisa bagus. Mereka juga tidak akan pungli (pungutan liar) dan korupsi lagi," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, Senin (26/1/2015).

Djarot menceritakan, di masa lalu, ada sindiran melalui sebuah lelucon yang dilayangkan oleh beberapa orang kepada para PNS yang bekerja di lingkungan Pemprov DKI. Lelucon tersebut diambil dari istilah untuk gaji para PNS, yaitu PGPS yang berarti pokok gaji pegawai negeri sipil.

Sedangkan, pelesetan singkatan tersebut adalah "pintar goblok pendapatan sama". Maka dari itu bagi seluruh PNS DKI, kata Djarot, kini akan menjalani evaluasi per minggu, bahkan per hari.

Setiap PNS yang bekerja diwajibkan untuk mengisi formulir laporan yang berisikan tentang data jam berapa dia tiba di tempat kerja, apa saja kegiatan yang dilakukan selama sehari bekerja, dan sebagainya.

Para pejabat, termasuk gubernur dan wakil gubernur DKI, bisa setiap saat memantau perkembangan kinerja para PNS. Kalau dirasa kinerja seorang PNS sudah tidak berkembang atau malah menurun, bukan tidak mungkin akan langsung 'distafkan' atau dipecat.

"Mereka yang kinerjanya buruk bisa langsung distop. Biar kompetisinya sehat, objektif. Lagian saya sudah kantongi nama-nama yang bagus-bagus, banyak," ucap Djarot.

Tahun ini, DKI akan mengatur gaji untuk pejabat eselon II Rp 75 juta-Rp 80 juta, eselon III Rp 45 juta-Rp 50 juta, camat Rp 45 juta, dan lurah Rp 33 juta.

PNS yang tidak melakukan apa pun, yang tugasnya tak jelas, mendapatkan gaji Rp 9 juta; yang kerjanya lebih jelas, punya prestasi bagus, bisa sampai Rp 13 juta; serta yang honorer, teknis pajak, pengadaan barang, bisa mencapai Rp 25 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Megapolitan
Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com