Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Jakarta Habiskan 400 Jam Perjalanan dari Rumah ke Kantor

Kompas.com - 09/02/2015, 13:49 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil riset terbaru dari Institute Transportation and Development Policy (ITDP) menyebutkan, dalam setahun setiap warga yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya menghabiskan waktu 400 jam hanya untuk pergi pulang dari rumah ke kantor. Adapun waktu tempuh yang dihabiskan untuk satu kali perjalanan adalah sekitar dua jam.

Direktur ITDP Indonesia Yoga Adiwinarto mengatakan, sampai saat ini warga belum memiliki solusi untuk memangkas waktu tempuh tersebut. Sebab, layanan angkutan umum yang tersedia belum sepenuhnya bisa diandalkan karena acap kali ikut terlibat dalam kemacetan itu sendiri.

"Menghabiskan waktu di jalan selama hampir dua jam, meskipun dengan angkutan umum tentu tidaklah efisien. Untuk meningkatkan kualitas hidup warga dan juga meningkatkan produktivitas kota, waktu tempuh dalam setiap perjalanan harusnya hanya 15 menit," kata Yoga melalui keterangan tertulisnya, Senin (9/2/2015).

Yoga mengatakan, untuk mencapai mobilitas yang lebih efisien, sebenarnya tidak cukup hanya dengan melakukan pembenahan terhadap angkutan umum. Sebab, hal itu harus dibarengi pula dengan penyediaan hunian di tengah kota.

Menurut dia, menyediakan apartemen murah dan rumah susun di pusat kota harus menjadi arah kebijakan perumahan di Jakarta. Area seperti Kebon Kacang, Kampung Bali, Tanah Abang, Setiabudi, dan Karet harus segera dijadikan lokasi baru untuk pengembangan apartemen murah dan rumah susun bagi kaum pekerja.

"Pencapaian kualitas hidup di pinggir kota bisa jadi sudah tidak sepadan lagi dengan lamanya waktu yang kita habiskan di jalan, dan juga minimnya waktu yang kita habiskan dengan keluarga dan anak-anak di rumah," papar Yoga.

Menurut Yoga, arah pengembangan hunian yang berorientasi pada transit oriented development (TOD) juga merupakan suatu keharusan. Hunian-hunian baru di tengah kota harus memiliki tata guna lahan campuran (mixed-use), yang dapat digabungkan dengan pertokoan, kantor, ataupun pasar dan supermarket.

Selain itu, yang tak kalah penting, lanjutnya, hunian-hunian tersebut harus ramah bagi pejalan kaki dan galak terhadap pengguna kendaraan pribadi. Caranya adalah dengan meniadakan parkir dan akses kendaraan pribadi. Hal itu untuk mendorong para penghuninya berjalan kaki, menggunakan sepeda, atau angkutan umum untuk beraktivitas.  

"Sudah saatnya kita mendefinisikan ulang Jakarta apakah sebagai kota yang hanya menjadi tempat kita bekerja dan mencari uang, atau menjadi kota yang juga nyaman untuk kita huni," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com