"Jadi, kalau kamu bilang, 'saya enggak kebagian kerja', ya kamu mesti tanding dong. Anda saling berebut posisi di sini. Itu yang namanya seleksi promosi terbuka," kata Basuki, di Balai Kota, Selasa (31/3/2015).
Selain bersaing untuk memperoleh nilai maksimal TKD dinamis, lanjut dia, PNS DKI juga bersaing menduduki jabatan tertentu. Sebab, kini Basuki tak lagi memilih jabatan dengan tingginya hasil yang diraih saat tes psikologi maupun tes kompetensi dasar yang dilakukan saat seleksi jabatan terbuka. Kini, ia memilih pejabat dengan menilai kinerja pejabat itu.
Selain itu, Basuki juga melihat semangat yang ada di dalam diri pejabat itu untuk menduduki sebuah jabatan tertentu. "Kalau Anda kalah, ngapain Anda kerja di DKI? Silakan keluar dari PNS DKI. Toh banyak juga PNS di luar DKI yang mau masuk ke DKI kok. Ini kan persaingan yang kami ciptakan," kata Basuki.
Beberapa PNS DKI pun merasa tidak cocok dengan jabatan yang diembannya sekarang. Pasalnya, pejabat itu merasa tidak bisa mengisi poin kerja untuk mendapat TKD maksimal. Misalnya, pegawai Dinas Kesehatan dengan pegawai yang ditempatkan di puskesmas. Menurut dia, besaran TKD dinamis yang akan didapatkan pegawai yang bekerja di puskesmas akan lebih besar ketimbang tunjangan yang diterima pegawai Dinas Kesehatan karena pegawai puskesmas lebih aktif bekerja dibanding ditempatkan di dinas.
"Kalau Anda enggak punya kerjaan, bagaimana kami mau bayar Anda gitu lho? Kan TKD dinamis berdasarkan poin kerja, kalau bidang Anda memang enggak ada kerjaan, Anda enggak dapat TKD dan mungkin kami bubarkan bidang Anda loh. Itu yang saya maksud," kata Basuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.